Batakpedia.org– Bila kamu orang Jawa, mungkin orangtuamu termasuk generasi yang banyak punya nama dengan hanya satu suku kata saja. Ya seperti mantan Presiden kita Soekarno atau Soeharto. Tak ada embel-embel nama tengah maupun nama keluarga. Seiring perkembangan zaman, cara orang Indonesia menamai anaknya juga berubah-ubah. Meski tak lagi hanya satu suku kata, tampaknya nama-nama orang Indonesia masih jarang yang pakai nama keluarga. Paling ya hanya beberapa suku seperti suku Batak atau Minahasa yang konsisten menggunakan nama keluarga.
Nah yang jadi masalah dengan tidak memiliki nama keluarga adalah, ketika harus mengisi dokumen-dokumen resmi atau internasional seperti paspor dan dokumen imigrasi. Sering banyak yang bingung dan kelimpungan kalau disuruh mengisi kolom nama depan-nama keluarga atau nama belakang. Setiap negara memang punya aturan dan tradisi sendiri untuk memilihkan nama anak yang baru lahir.
Untuk referensi atau sekadar pengetahuan saja, Hipwee News & Feature bakal mengulas soal tradisi penamaan unik dari berbagai negara. Kamu yang penasaran kenapa kita nggak pakai nama keluarga, wajib baca.
1. Nama keluarga di India diwariskan dari sang kakek. Konstelasi bintang dan aspek religius juga bisa menentukan nama seseorang
Sebagai negara yang kental budaya Hindu-nya, nama-nama di India banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai agama. Selain itu, nama seseorang juga dipengaruhi oleh konstelasi bintang saat kelahiran (horoskop), kasta, tempat tinggal, dan kepercayaan. Nah setiap negara bagian di India punya tradisi penamaan yang berbeda. Secara umum nama keluarga biasanya diturunkan dari kakek pihak ayah. Bagi sebagian orang India, ada yang punya dua nama: nama lahir dan nama resmi.
2. Bagi orang Polandia, setiap nama ada hari selebrasinya. Setiap orang juga punya dua nama, versi panjang dan versi pendek
Di Polandia, kebanyakan nama orang diambil dari nama pastor atau orang suci dalam agama Kristen. Karena itu juga, adalah hal biasa bagi orang Polandia untuk merayakan namanya, yang ditentukan oleh orang suci pelindung keluarga. Selain itu, setiap orang punya dua versi nama. Misalnya Katarzyna menjadi Kasia. Atau Małgorzata yang menjadi Gosia. Mungkin nama panjang itu terlalu rumit untuk dikatakan jadinya dibuat lebih sederhana.
3. Sistem penamaan anak sedikit unik di Irlandia. Nama setiap anak ditentukan oleh urutan lahirnya
Nama setiap anak di sebuah keluarga Irlandia mungkin nggak pernah sama. Soalnya, nama keluarga ditentukan oleh urutan ke berapa kelahiranmu. Kalau kamu laki-laki sulung, nama keluarga diwariskan dari nama kakek dari pihak ayah. Anak kedua akan mendapat nama keluarga dari nama kakek dari pihak ibu. Anak ketiga, bisa mendapat nama ayahnya, lalu anak ke-empat bisa saja mendapat nama dari paman tertuanya. Jadi dalam satu keluarga, variasi nama keluarganya banyak.
4. Sistem penamaan paling sederhana mungkin berasal dari Islandia. Nama keluarga tinggal diambil dari nama kecil Ayah ditambah “son” atau “dottir”
Islandia adalah negara Nordik yang penduduknya terjarang di Eropa. Sistem penamaannya sangat sederhana, yaitu nama ayah ditambah kata “son” bila laki-laki, atau “dottir” bila perempuan. Misalnya ada seorang pria bernama Leif Erikson, Erik adalah nama keluarga yang diturunkan dari Ayahnya. Maka jika dia punya anak, kemungkinan nama belakangnya adalah Leifsson atau Leifsdottir. Misalnya Jon Leifsson, yang artinya literally “Jon anak laki-laki Leif”.
5. Di Argentina nama umumnya terdiri dari 2 kata. Tren nama anak juga tergantung dengan siapa yang sedang terkenal sekarang
Kalau kata pepatah, nama adalah doa. Setiap nama dipilih berdasarkan filosofinya, entah karena maknanya atau tokoh-tokoh menginspirasi yang menyandang nama itu sebelumnya. Di Argentina, nama ada trennya. Misalnya di era kejayaan Diego Maradona, pemain sepak bola yang terkenal dengan gol tangan Tuhannya, banyak anak yang dinamai dengan Diego. Di Argentina, nama jadi sebuah tren yang harus menenuhi kriteria fashionable.
6. Penasaran dari mana nama Oppa-oppa Korea? Nama keluarga mereka diambil dari bangsawan-bangsawan terbesar di sejarah Korea lho
Pada awalnya, hanya bangsawan yang diperbolehkan punya nama keluarga di Korea. Tapi pada masa dinasti Joseon, aturan ini dihilangkan dan semua orang berhak punya nama keluarga. Nah, maka rakyat biasa berlomba-lomba memilih nama dari bangsawan-bangsawan yang sudah ada. Diantara mereka bangsawan Kim, Lee, dan Park adalah yang terbesar di Korea. Hingga saat ini, jumlah ketiganya hampir memenuhi setengah dari populasi rakyat Korea.
7. Soal nama, Spanyol paling mencerminkan kesetaraan gender nih. Setiap anak punya dua nama dari dua orang tua
Umumnya nama keluarga diturunkan dari nama ayah. Namun di Spanyol tidak begitu. Ibu dan ayah bisa menurunkan nama keluarga masing-masing. Misalnya, Juan Pablo Fernandez menikah dengan Anna Moralez. Maka bisa saja mereka memberi nama anak mereka dengan Maria Fernandez-Moralez. Selain itu, nama orang Spanyol juga bisa memiliki dua forename. Misalnya Juan Pablo. Keduanya sama-sama jenis kata nama pertama.
8. Di Indonesia, sistem penamaan sifatnya lebih random lagi. Ada yang pakai ada yang enggak, ada yang namanya satu kata, ada yang banyak kata
Terus kalau nama orang Indonesia gimana? Sebenarnya ada beberapa suku di Indonesia yang memakai sistem nama keluaga. Misalnya keturunan Batak dengan marga Siregar, Nasution, Rajagukguk, dan lain sebagainya. Lalu ada juga keturunan Arab yang memiliki nama keluarga seperti Asegaaf, Alatas, dan lain sebagainya. Sementara suku-suku besar lain seperti Jawa, Sunda, Betawi, tidak mengenal nama keluarga. Namun ini pun sifatnya tentatif. Ada orang Jawa yang memakai nama keluarga, ada yang berhenti di generasi Ayah atau kakek, dan ada yang sama sekali nggak punya nama keluarga.
Aturan penamaan dalam budaya Bali jauh lebih unik lagi. Bukan lagi nama keluarga yang diwariskan. Dari kasta, jenis kelamin, dan urutan lahir, semua dijadikan pedoman atau aturan mengikat untuk memberi nama anak yang baru lahir.
Di Indonesia saat ini nama sudah membaur dan bercampur. Alih-alih nama dengan satu suku kata, anak zaman sekarang namanya bisa super panjang sampai beberapa kata. Alih-alih nama Joko dan Bambang untuk keturunan Jawa, nama-nama barat seperti Kevin, Jeremi, atau Sydney lebih familiar. Tapi bagaimanapun nama adalah doa. Di balik nama anak-anak zaman sekarang yang super panjang dan susah dieja, percaya saja pasti ada doa orang tua yang tak main-main di belakangnya. (hipwee)