Batakpedia.org-Saat orang-orang tidur nyenyak di malam dan dini hari, mereka bergelut dengan dinginnya udara.Saat orang-orang melayang di dunia mimpi, mereka berjibaku mempertahankan nasib baik keluarga …
Mereka itu perempuan-perempuan yang tidak mengenal menyerah pada keadaan dan kerasnya kehidupan. Inilah sekilas perjuangan sebagian dari Kartini-kartini di masa sekarang ini.
Pinggiran sejumlah ruas jalan di seputaran pusat perbelanjaan tradisional Pasar Dwikora Parluasan Kota Pematangsiantar tempat arena berjuang.
Para pedagang kaki lima ini datang dari berbagai daerah perbatasan Kota Pematangsiantar dan kawasan Kabupaten Simalungun. Ada ratusan jumlahnya.
Setiap hari pada tengah malam dan hitungan detik pergantian hari berikutnya, mereka bergerak dari rumah masing-masing menuju satu titik, tempat agen pengumpul hasil bumi, memilih kebutuhan dapur untuk dijual.
Tenda biru dan goni plastik yang digelar di bahu ruas jalan atau trotoar di depan toko menjadi alasnya. Mereka duduk bersila di atasnya, atau di kursi kecil.
Menunggu dengan sabar dan optimis tinggi mulai pukul 03.00 WIB sampai 12.00 WIB, bahwa dagangan mereka habis terjual, pulang dengan hati gembira.
Waktu jeda di angkutan umum menuju kediaman, dimanfaatkan untuk beristirahat, memejamkan mata, melupakan hiruk pikuk kehidupan.
Usai menunaikan kewajiban sebagai ibu rumah tangga, mempercepat waktu tidur untuk persiapan diri berjuang di arena yang sudah menjadi pilihan hidup.
Berkarier sebagai pedagang kaki lima, dimulai dari usia muda, awalnya bantu-bantu. Jika nasib tidak berpihak, berlanjut sampai memiliki anak cucu. Ada orang baru, yang pada akhirnya dengan keadaan yang sama menurunkan ke anak. Semacam “profesi” turun temurun.
Meski banyak dari mereka, keturunan menjadi orang “hebat”. Uniknya, si ibu tidak beranjak dari tempat usahanya, tidak lantas berhenti begitu saja.
“Jualan ku ini yang menghidupi keluarga ku. Tempat kami (para pedagang) berkawan. Lagian kalau tidak kerja, aku malah sakit-sakit”.
Begitulah alasan sederhana dari br Sinaga. Ibu dari lima anak, warga Kelurahan Tomuan, Kota Pematangsiantar. Usianya sudah 70-an, masih terlihat tegar dan bersemangat.
Alasan lain, para pedagang sudah menjadi keluarga besar, kawan bercanda, kawan berkeluh kesah, kawan saling membantu, saling menguatkan. (antara)