Arbab dan Husapi Simalungun yang sudah sangat lama tidak pernah ditampilkan. Keengganan pelaku seni tradisi menampilkan musik Arbab, karena banyak penafsiran keliru yang sangat mengganggu. Menurut beliau, biasanya setelah pertunjukan, sebagian orang menganggap seni Arbab dan Husapi ini adalah sebuah media pendekatan roh yang tidak sesuai dengan nilai nilai agama sehingga tidak layak untuk dipertontonkan. Mereka menganggap seni Arbab bagian dari ritual kuno orang simalungun pada masa lampau dalam memanggil roh.
Berbeda dengan tafsiran tersebut, salah satu pewaris seni Arbab di Simalungun menuturkan sangat berbeda dengan gonrang simalungun, menikmati musik Arbab membutuhkan suasana yang hening, sunyi dan tenang. Pendengar tanpa disadari perlahan lahan akan dibawa dalam alunan yang lembut seperti berada dalam sebuah alam pegunungan, hutan dan padang rerumputan yang luas. Kami mengambil kesimpulan, musik tua simalungun ini akan diujicoba untuk tampil dalam sebuah pertunjukan, walaupun berdurasi pendek 10-15 menit tapi setidaknya dapat kembali memperlihatkan seni tradisi simalungun yang lama hilang.
Seperti layaknya diatas panggung di tata dengan kain hitam, hiou simalungun dan tikar pandan sebagai petanda kembali berhubungan dengan masa lampau. Kiri kanan panggung di tampilkan dua orang untuk melakukan meditasi disertai satu panortor khusus yang memiliki fungsi koreografi mengembalikan dan menguatkan tonduy. Haro haro dimainkan, panortor pun mulai meliukkan badan dan tanggan nya, mengikuti irama, mencoba menemukan jiwa nya dalam alunan Arbab.
Meditator tersebut menguraikan pengalamannya ketika dibawa alunan musik Arbab. Semakin lama menikmati musik tersebut, ia merasakan semakin terbawa jiwa nya melayang layang ke dalam sebuah ruang langit tak terhingga. Ia lega dapat mengosongkan pikiran yang selama ini mengganggu, sebuah media untuk pembersihan jiwa (healing). Jika terus dilakukan secara berkala, tentu nya kadar penderita stress dapat berkurang dengan melakukan musik terapi ini.
Pada jaman dahulu, musik Arbab Simalungun dipakai untuk menyembuhkan orang sakit terutama jika seseorang dianggap roh nya keluar dari badan, misalnya seseorang yang mengalami kesurupan atau seseorang yang memiliki tonduy bawaan (kekuatan gaib) sehingga mempengaruhi roh diri nya. Orang simalungun lalu memakai alunan musik arbab untuk mangelek elek tonduy (memanggil roh)
Menurut tetua yang pernah melihat dan mengalami pengobatan tradisional tersebut, Arbab Simalungun adalah mula mula nya gonrang simalungun. Saat kini, musik Arbab Simalungun telah terpinggirkan oleh perkembangan zaman dan tidak pernah lagi muncul di acara kesenian maupun adat. Nasibnya hampir sama dengan gonrang sidua dua simalungun yang tak pernah lagi di pakai sebab tidak memiliki nilai komersil.
Sekedar keterangan :
Arbab adalah alat musik yang menggunakan senar berupa benang (seperti tali semen), kemudian digesek dengan pita yang disambung melalui kayu berbentuk busur lalu dimainkan seperti biola. Alat musik ini dibawakan bersama ensambel lain seperti, husapi (sejenis alat musik dawai) dan Odap (gendang kecil) serta piring yang berfungsi sebagai mongmongan untuk menciptakan harmoni nada.
Selain digunakan oleh beberapa suku di nusantara, Alat ini juga digunakan oleh suku suku lain di dunia, seperti cina, jepang, sehingga memiliki kemiripan. Perbedaan nya terletak dari cara memainkan, dan nada yang dihasilkan
Sumber : http://manik.web.id/alunan-arbab-simalungun.html diakses 07 Juli 2012