Batakpedia.org- Batak adalah salah satu suku terbesar di Indonesia. Orang Batak pun dikenal sebagai perantau ulung, karena dimana-mana pasti kamu akan menemukan orang batak. Tidak heran, banyak orang Batak yang menikah dengan suku luar Batak. Tapi hal itu tidak membuat sifat khas Batak mereka hilang begitu saja.
Sekarang giliran Batak . Terutama orang mudanya, yang sering bergumul dengan segala stereotip yang melekat pada diri orang Batak.
Banyak hal yang dialami orang muda Batak Perantauan. Apa aja sih?
1. Mukamu terlihat ‘galak’ dan ‘tegas’. Maka orang lain pasti bertanya, “Orang Batak ya?”
(hari pertama kuliah)
Dosen: Eh kamu yang baju biru, orang Batak ya?
Kamu: Emm… Kok tahu pak?
Dosen: Iya. Dari mukamu keliatan.
Kamu: Hah? Muka saya kenapa pak?
Dosen: Galak.
Kamu (dalam hati ingin menangis): Saya BAJA pak, Batak Jawa.
Muka Batak identik dengan galak dan tegas. Struktur tulang pipi yang menonjol membuat orang Batak dikira galak. Padahal nggak semua orang Batak itu mukanya galak.
Sebentar, Annisa Pohan itu mukanya galak darimana, coba? Dia orang Batak lho!
2. Sekalinya orang-orang tahu kalau kamu orang Batak, mereka akan langsung bertanya, “Marga apa?”
“Marga Manullang, pak.”
“Simanjuntak, bu.”
“Sembiring.”
“Situmorang.”
Apa lagi ya? Banyaklah…
3. Dan mereka langsung reflek bilang “HORAS BAH!!!”
4. Atau mereka langsung menyapamu , “Hey, Butet!”
5. Kamu bingung menjelaskan kamu orang mana, karena kamu tidak tinggal di Medan
(ngobrol dengan Aa Burjo)
Aa Burjo: “Neng, orang mana?”
Kamu: “Orang batak, A’.”
Aa Burjo: “Rumah di Medan?’
Kamu: “Nggak, di Palu kok A’.”
Aa Burjo: “Loh? Orang Kalimantan dong?”
Kamu: …….. (Terserah Aa aja deh. Aku lelah. Aku mau intel rebus.)
Batak identik dengan Medan, ibukota Sumatra Utara. Menjadi orang batak di perantauan akan membuatmu sedikit bingung menjelaskan tempat tinggalmu. Kamu harus rela menjelaskan kalau rumahmu bukan di Medan dan selanjutnya kamu pun dihujani dengan berbagai macam pertanyaan yang membuatmu lelah.
“Jadi, saya orang batak yang tinggal di Palu. Silahkan pilih, saya orang Batak atau orang Palu.”
6. Kamu akan langsung kagok ketika disuruh ngomong pake bahasa Batak
(baru ospek di kampus)
Teman baru: “Eh kamu orang Batak ya?”
Kamu: “Iya.”
Teman baru: “Ngomong bahasa Batak dong.”
Kamu: “Hah?”
Teman baru: “Iya, aku penasaran orang Batak ngomongnya gimana.”
Kamu: “Aku nggak tahu bahasa Batak.”
Teman baru: “Lah, katanya orang Batak, tapi nggak tahu bahasa batak. Gimana sih.”
Kamu: *menangis dalam hati karena Batak-mu dipertanyakan*
Percakapan di atas sering kali dialami anak Batak perantauan yang lahir dan besar di luar Pulau Sumatra. Karena orang tua sering menggunakan Bahasa Indonesia di rumah, kamu terbiasa dengan itu. Kemudian, kamu merasa sia-sia jadi orang Batak karena nggak tahu ngomongnya gimana.
Sebenarnya, kamu tahu sedikit bahasa Batak kok, contohnya:
“DANG ADONG HEPENGKU!” (Nggak punya duit!)
Ya cuma itu doang sih yang kamu tahu. Hehehehehhe.
7. Kamu akan langsung merasa tambah gagal ketika ada yang bertanya, “Nomor berapa kau?”
(kamu lagi di gereja dan di sebelahmu ada bapak-bapak Batak juga)
Bapak A: “Boru apa kau?”
Kamu: “Sinambela, pak.”
Bapak: “Bah! Sinambela nomor berapa kau?”
Kamu: (terdiam sejenak dan mulai nyengir)
Buat orang muda Batak, pertanyaan ini sering kali ditanyakan saat bertemu dengan orang Batak lainnya.
Nomor yang dimaksud adalah nomor keturunan dari marga Batak tersebut. Kalau kamu nggak tahu kamu nomor berapa, sekarang telpon orang tua, dan tanya,“Mak, aku nomor berapa?” pasti mereka sudah ngerti dan langsung jawab, “Nomor 13.”
Kalau masih nggak ngerti, ya ditahan dulu aja. Karena kalau mau dicari tahu, butuh waktu seharian buat jelasin kenapa kamu bisa Situmorang nomor 13 atau Panjaitan nomor15. Kalau punya waktu untuk pulang ke kampung, segera tanyakan ke Opungmu, dan siap-siap kau dihadapkan dengan panjangnya silsilah margamu.
8. Ketika lagi nongkrong bawa gitar, teman-temanmu langsung menyuruhmu nyanyi. Karena mereka tahu, kamu orang Batak dan bisa nyanyi
Orang Batak identik dengan kemampuan bernyanyi yang WOW. Lihat saja Joy Tobing, Judika, Novita Dewi Marpaung, Edi Silitonga, Victor Hutabarat, Diana Nasution, Samy Simorangkir, hmm….siapa lagi ya?
Nama-nama besar penyanyi Indonesia yang disebutkan tadi punya kemampuan bernyanyi yang luar biasa. Cap penyanyi pun semakin melekat karena orang Batak suka nyanyi pas kondangan.
Tapi kenyataannya nggak semua orang Batak itu pinter nyanyi dan ada juga yang suaranya pas-pasan, kok! Percayalah.
9. Nggak cuma penyanyi, kamu pun dikira anak jurusan hukum yang pinter debat dan pengen jadi pengacara
Ruhut Sitompul, Adnan Buyung Nasution, Hotman Paris Hutapea, Todung Mulya Lubis, adalah nama-nama besar di dunia hukum Indonesia. Khalayak umum pun sering menghubungkan kemampuan debat orang batak dengan profesi pengacara.
Padahal banyak anak muda batak perantauan kuliah di jurusan sastra, pendidikan, teknik, ekonomi. Nggak melulu hukum kok..
Dewi ‘Dee’ Lestari Simangunsong, Prisia Nasution, Saut Situmorang, Raditya Dika, Sanusi Pane, Putra Nababan, Rosiana Silalahi, mereka bukan pengacara loh….
10. Kamu pun sangat ngefans sama Nadya Hutagalung, Radja Nainggolan, dan Vicky Sianipar
Nadya Hutagalung, model Batak-Australia yang sukses di tanah rantau. Dia bangga dengan darah Bataknya dan tidak melupakan bataknya. Ada juga Radja Nainggolan, pemain bola berdarah Batak yang sukses di Italia dan ia bangga membawa Nainggolan ke dunia sepak bola internasional.
Musisi Vicky Sianipar akan membuatmu semakin bangga menjadi orang Batak, dia juga yang bikin kamu menyukai lagu-lagu Batak.
BUAT KAU BATAK RANTAU. JANGAN MALU DENGAN MARGAMU. BANGGALAH!
11. Karena dianggap Orang Batak, kamu sering dikira pemberani. Padahal….
Tampang galak, suara besar, pintar debat, nyanyi oke, ditambah dikira pemberani, mantaplah!
Tapi tapi…
Nyebrang jalan aja takut, gitu mau dibilang pemberani? Nonton film romantis, langsung nangis! Begitu pemberani?
Don’t judge a book by its cover!
12. Batak-mu semakin dipertanyakan ketika kamu kehilangan logat Batak
(kamu lagi bimbingan skripsi)
Dosen: “Kamu orang Batak?”
Kamu: “Iya, pak. Kenapa?” (logat Jawa medhok)
Dosen: “Kok logatmu Jogja?”
Kamu: “Saya gedenya di Jogja pak.”
Dosen: “Yah bukan orang Batak namanya, kamu orang Jogja.”
Samu: (meraung-raung dalam hati)
Bagi orang muda berdarah Batak yang lahir dan besar di luar tanah Batak, logat Batak akan semakin hilang. Apalagi, jika kamu adalah BAJA (Batak-Jawa) atau BATMAN (Batak-Manado), logatmu akan mengikuti tempat asalmu.
Tapi tenanglah kawan, logatmu biasanya akan kembali muncul saat kamu pulang kampung ke Sumatra Utara. Kau masih tetap Batak, kawan!
13. Kamu kagok untuk memanggil “Lae” atau “Ito” ke sesama orang Batak
Bagi orang muda Batak perantauan, memanggil lae atau ito ke sesama orang Batak pun sedikit terdengar aneh. Kamu kurang terbiasa menggunakan dua istilah ini.
Biasanya, buat batak perantauan kata-kata ini diucapkan saat berkunjung ke rumah makan Batak di tempat rantau. Lumayan kan siapa tahu dapat diskon makan.
Mengakulah kawan! Kau tidak sendiri.
14. Kamu cuma tau ‘Olo’
Kalau sudah ada perbincangan dalam bahasa Batak, yang bisa kamu lakukan adalah mengangggukan kepala sambil mengucapkan, “Olo.” Walaupun kamu nggak ngerti yang lain ngomong apa, kamu cuma bisa, “Olo…olo..”
Catatan: “Olo”=Iya.
15.Kamu merasa bingung saat harus memanggil orang lain dengan sebutan apa, padahal kalian satu marga…..
(kamu ketemu orang yang lebih tua dan satu marga dengan kamu)
Kamu: “Halo tulang.”
Bapak uda: “Bah, Tulang darimana? Aku ini Bapak Uda kau. Kau Manullang, aku Manullang.”
Kamu: (nyengir nggak jelas) “Maaf Bapak Uda. Nggak tahu.”
Bapak uda: “Amang tahe. Dang boi songoni dah. Kita ini satu pamili.” (Aduh Tuhan. Nggak boleh begitu yah. Kita ini satu keluarga)
(Biasanya percakapan begini akan berlanjut panjang dengan penjelasan sebutan-sebutan untuk sesama orang batak)
Bagi orang Batak, ada berbagai macam panggilan untuk keluarga atau yang satu marga, yang beda marga pun juga ada aturannya. Misalnya ini, panggilan tante dalam batak ada beberapa macam, dilihat dari sudut pandang ibu atau bapak. Saudara perempuan dari pihak bapak bisa dipanggil tante, namboru/bou.
Kalau salah sebut, kamu bisa kena semprot dan berakhir dengan pemberian wejangan (lagi dan lagi).
16. Kebingunganmu semakin bertambah dengan adanya adat-adat yang baru kamu tahu
Kalau ngomongin soal adat, akan sangat panjang penjelasannya. Terutama bagi orang muda yang menginjak umur 20-an, kamu akan menemukan persiapan menuju pernikahan yang panjangnya dan ribetnya membuatmu sakit kepala. Terkadang keribetannya itu membuat kamu ingin pindah suku.
Itu baru kamu lihat dari pengalaman saudara kamu, bayangin aja gimana kamu sendiri yang mengalami langsung. Kamu harus berhadapan dengan marhusip, martupol, dan acara hari-H yang membutuhkan waktu berjam-jam untuk acara adat. Pastikan kamu siapkan kopi, biar kamu nggak ngantuk di acara pernikahanmu nanti.
17. Ketika kamu mudik ke Sumatra Utara, ke-Batak-anmu langsung muncul dengan sendirinya
Pulang kampung menjadi satu kewajiban bagi orang Batak. Dimana pun mereka merantau, mereka wajib pulang kampung beberapa tahun sekali untuk mengunjungi sanak saudara. Kamu pun akan diboyong orangtuamu untuk mengunjungi keluargamu di Tarutung. Baru juga sampai Medan, kamu merasa terharu karena akhirnya kamu kembali ke tanah asli-mu.
Tips: Dengerin lagu O Tano Batak, kau akan nangis nggerus. Yakin deh!
18. Walaupun kamu dianggap galak, (kadang) kamu bersyukur karena dengan darah Batak-mu orang-orang jadi takut sama kamu
Menjadi orang Batak di tanah rantau membuat kamu ditakuti orang lain. Karena tampangmu yang katanya galak, orang-orang yang berniat jahat pun takut sama kamu. Cukup dengan tatapan mata yang tajam, kamu bisa membuat antrian yang panjang dan lama jadi cepat.
Beruntunglah muka kau Batak kawan, orang jadi nggak macam-macam sama kau!
Muka kami galak, tapi hati kami hello kitty! (dibaca dengan logat batak)
19. Pada akhirnya, kamu sadar ada makna besar dibalik semua keribetan Budaya Batak yang selamanya tak akan hilang dari hidupmu
Menjadi Batak di tanah perantauan memang susah. Kamu harus berkutat dengan stereotip Batak pada umumnya. Namun, kamu menjadi tahu bahwa menjadi Batak itu penuh perjuangan.
Walau jauh dari tanah kelahiran, kamu menjadi semakin menghargai adatmu. Kamu menjadi tahu silsilah keluargamu dari tarombo yang dibawa Opungmu. Kemudian, kamu akan menceritakan silsilah keluargamu ke anak cucumu kelak.
Yang paling penting, kamu akan mengingat 3H yang bisa bermanfaat untuk kesuksesanmu kelak: Hamoraon (kekayaan), Hagabeon (kebahagiaan), danHasangapon (kehormatan).
Perjuangan hidup si Batak rantau memang nggak gampang. Banyak hal yang membuat kita gelang-geleng kepala dan terkadang jadi lupa dengan leluhur kita.
Aku Batak, kamu Jawa, dia Bugis, kamu Papua, nggak masalah. Satu hal yang pasti: dimanapun kita merantau, kita harus berusaha beradaptasi dan tetap mengingat leluhur kita.
HORAS!!!