BatakPedia.org – Parapat, Sumatera Utara, menjadi pilihan lokasi pertemuan Summit Women 20 (W20) Presidensi Indonesia yang berlangsung pada 19-21 Juli 2022 di Hotel Niagara dan The Kaldera, yang berlokasi persis di tepian Danau Toba.
Chair of W20 Indonesia, Hadriani Uli Silalahi menyebut alasan dipilihnya Danau Toba sebagai lokasi penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi W20 untuk mempromosikan kawasan pariwisata tersebut kepada dunia.
Apalagi, Danau Toba telah ditetapkan sebagai salah satu destinasi wisata super prioritas (DSP) oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Penetapan kawasan Danau Toba sebagai salah satu destinasi pariwisata super prioritas adalah hal yang dinilai wajar mengingat keindahan alam Danau Toba yang terbentang di tujuh kabupaten yakni Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir merupakan potensi besar sebagai destinasi wisata kelas dunia.
Keindahan alam Danau Toba seringkali menjadi ikon pariwisata Indonesia mengingat destinasi wisata ini merupakan danau terbesar di Asia Tenggara serta danau vulkanik terbesar dunia.
Selain memiliki panorama alam yang luar biasa indah, adat istiadat dan budaya masyarakat di sekitar Danau Toba juga dinilai sangat eksotis. Tak heran jika kawasan Danau Toba dipilih menjadi lokasi untuk kegiatan W20 Summit.
Perhelatan W20 Summit yang digelar di kawasan Danau Toba mendatangkan para delegasi dari sejumlah dunia. Peserta pertemuan sebanyak 56 dari India, Australia, Indonesia, Uni Eropa, Rusia, Italia, Singapura, Jepang, Francis, Korea Selatan, Turki, Afrika Selatan, Argentina, Jerman, USA, Swedia.
W20 adalah engagement group dalam forum G20 yang mewakili suara perempuan. Isu yang diangkat antara lain adalah kesetaraan gender diruang publik, kesehatan, pemberdayaan ekonomi perempuan, serta pertahanan terhadap perempuan disabilitas dan perempuan pedesaan.
Dibawah koordinasi W20, Indonesia dalam forum G20 membawa isu penting mengenai peran perempuan, khususnya di masa krisis pandemi COVID-19, ekonomi dan perubahan iklim.
Dalam rangkaian W20 Summit tersebut, para delegasi diperkenalkan dengan berbagi produk-produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lokal yang menjadi andalan kawasan Danau Toba.
Berbagai macam produk UMKM lokal yang dipamerkan mulai dari produk fashion kain ulos dan turunnya serta berbagai khas kuliner masyarakat setempat.
Para delegasi W20 dari berbagai negara tersebut begitu antusias ketika menjajaki setiap stand produk UMKM Sumut yang memiliki keunikan berbeda-beda. Mereka juga tak lupa membeli sejumlah produk UMKM lokal untuk dibawa ke negaranya masing-masing.
Sri Dewi, salah satu pelaku UMKM mengaku bangga karena produk-produk olahan tangannya, seperti tas bermotif ulos dan topi ulos ragi hotang banyak dibeli oleh para delegasi W20.
“Paling banyak dibeli topi berbahan ulos jenis Ragi Hotang. Mereka bilang topi yang kita buat unik,” katanya.
Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos merupakan warisan budaya bersejarah yang memiliki filosofi kehidupan mendalam dan erat kaitannya dengan keseharian masyarakat Batak.
Dewi mengaku senang bisa memasarkan topi berbahan Ulos buatannya kepada para delegasi W20. Sehingga kedepannya diharapkan kain Ulos tidak hanya bernilai budaya tetapi juga dapat memberikan dampak secara ekonomi dan sosial.
Kepala Seksi Pameran dan Promosi Dinas Koperasi dan UKM Sumut, Muhammad Yusuf menilai perhelatan W20 Summit ini berpotensi mendorong produk-produk UMKM lokal menembus pasar global.
“Para delegasi sempat membeli produk-produk UMKM hasil buatan masyarakat setempat. Harapan kita mereka cerita di negaranya tentang produk-produk unggulan Sumut ini,” katanya.
Menurut dia, dengan UMKM yang semakin dikenal dunia, tentunya akan mendorong tumbuhnya perekonomian daerah yang sempat terdera akibat pandemi COVID-19.
Selain itu juga akan berdampak secara langsung pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya kaum perempuan kreatif.
Untuk menumbuhkan daya saing dan memperluas pasar bagi UMKM, Dinas Koperasi dan UKM Sumatera Utara bersama dinas terkait lainnya terus membuat program fasilitas dan pelatihan bagi para pelaku UMKM di daerah tersebut.
“Karena berkembangnya UMKM ini tidak lepas dari dukungan pemerintah pusat dan daerah dan juga masyarakat,” ujarnya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno juga optimistis kegiatan W20 Summit itu dapat mendorong pertumbuhan kebangkitan ekonomi, khususnya pelaku usaha UMKM perempuan di kawasan Danau Toba dan dunia.
Saat ini pihaknya juga tengah mendorong ribuan UMKM untuk naik kelas dengan bertransformasi memanfaatkan teknologi digital sehingga akan memperluas pemasaran yang berujung pada peningkatan pendapatan para pelaku usaha.
Melalui momentum W20 yang juga memprioritaskan pelaku UMKM perempuan akan sangat membantu pengembangan ke depan.
Dengan informasi yang ada dari berbagai negara maju dan berkembang lainnya, tentunya akan berdampak positif terhadap UMKM Indonesia, khususnya yang ada di sekitar kawasan Danau Toba.
Para delegasi W20 Summit juga diberikan cinderamata berupa produk kriya ukiran kain khas Toba, produk fashion kain ulos dan turunnya serta berbagai kuliner khas masyarakat yang tinggal di kawasan Danau Toba sebagai bentuk promosi UMKM lokal kepada dunia. (antara)