Batakpedia.org – Setiap manusia seharusnya memiliki moral kehidupan yang sudah tertanam dalam hidupnya sejak dari kecil. Begitupun setiap suku bangsa yang ada di Indonesia tentulah memiliki pepatah-pepatah bijak yang sudah turun temurun diwariskan oleh leluhurnya.
Sama halnya dengan suku Batak yang memiliki banyak sekali pepatah-pepatah bijak dalam bentuk peribahasa yang berasal dari nenek moyang orang Batak sendiri. Pepatah bijak bentuk peribahasa dalam bahasa Batak berarti umpama.
Berikut delapan peribahasa Batak yang harus diterapkan dan berlaku bagi orang Batak di dalam kehidupannya.
1. Ingkon sada do songon dai ni aek, unang mardua songon dai ni tuak
Maknanya adalah setiap orang harus memiliki rasa persatuan yang tinggi meskipun hidup di dalam berbagai macam perbedaan pandangan dengan orang lain, jangan saling terpecah belah. Peribahasa ini hampir sama maknanya dengan “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.
2. Jolo tiniktik sanggar laho bahenon huru-huruan, jolo sinukun marga asa binoto partuturan
Seperti diketahui suku Batak tentunya memiliki berbagai macam marga. Setiap orang Batak pasti memiliki marga yang diturunkan dari pihak orangtua laki-laki (ayah). Marga-marga tersebut pasti memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lainnya.
Baik itu hubungan dari marga orang yang bersangkutan, marga dari pihak ibu, atau bahkan marga dari kakek atau neneknya. Untuk itu, apabila orang Batak yang satu bertemu dengan orang Batak yang lain wajib bertanya terlebih dahulu marga dari lawan bicaranya, tidak boleh asal-asalan memanggil.
3. Ingkon songon poting, lam marisi lam so marsuara
Makna dari peribahasa yang satu ini adalah semakin seseorang berilmu pengetahuan, maka sebaiknya ia harus lebih menjaga setiap apa yang diucapannya. Peribahasa ini memiliki makna yang terbalik dengan “Tong kosong nyaring bunyinya”.
4. Molo litok aek di toruan, tingkiron ma tu julu
Makna peribahasa ini sangat cocok untuk orang yang memiliki berbagai permasalahan di dalam hidupnya. Apalagi setiap manusia pasti pernah mengalami suatu permasalahan. Nah, untuk menyelesaikan permasalahan itu, maka lebih baik carilah terlebih dahulu apa yang menjadi penyebab dari permasalahan tersebut.
5. Santau aek nuaeng, duaan tahu aek marsogot, na santahu i do pareahan
Makna dari peribahasa ini adalah sekecil apa pun yang kita dapatkan saat ini, harus tetap kita syukuri. Karena kita tidak tahu apa yang kita dapatkan dikemudian hari, bisa saja mendapatkan yang lebih banyak.
6. Tumit sitara tuit, tuit pangalahona. Molo tuit boru i mago ma ibotona
Makna dari peribahasa ini adalah segala tingkah laku atau perbuatan jelek yang dilakukan oleh saudara perempuan akan mempermalukan saudara laki-lakinya. Hal ini dikarenakan di dalam keluarga orang Batak, harga diri di dalam suatu keluarga akan jatuh kepada anak laki-lakinya apabila orangtua laki-laki (ayah) telah meninggal.
7. Tampulon aek di na mardongan tubu
Makna dari peribahasa ini adalah dalam kehidupan antara orang Batak yang satu marga, meskipun baru kenal, maka hubungan kekerabatannya akan seperti air yang mengalir. Artinya akan dapat bersatu kembali meskipun telah dipisahkan atau diadu domba orang lain.
8. Bolus do mulani hadengganon, jujur do mula ni hasesega
Makna dari peribahasa ini adalah orang yang baik akan selalu melupakan kejelekan orang lain, tetapi apabila suka menghitung perbuatan baik diri sendiri kepada orang lain akan menjadi sebab adanya perselisihan.
Itulah delapan dari sekian banyaknya peribahasa orang Batak. Beberapa peribahasa di atas juga bisa dipakai untuk kehidupan khalayak umum lho! (idntimes)