Batakpedia.org-Tersembunyi di dalam Taman Nasional Gunung Leuser, kawasan wisata Tangkahan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara memang tak begitu sering disebut. Padahal pesona kawasan hutan tropis adalah kesukaan turis asing, apalagi terdapat konservasi gajah di sana.
Tantangan terberat menjangkau Tangkahan adalah menembus ribuan hektare hutan sawit. Dari Medan, saya dan rombongan harus menempuh lebih dari empat jam perjalanan yang sebagian besar melalui jalan tanah perkebunan yang berlumpur setelah diguyur hujan. Jalanan tanah bercampur lumpur membuat penumpang seperti diayun-ayun.
Melihat sawit sejauh mata memandang merupakan satu pengalaman yang saya catat. Cahaya matahari menembus tanah melalui celah daun sawit yang menyerupai nyiur kelapa. Dari balik kaca jendela, batang-batang pohon sawit seperti lari berkejaran. Sesekali kami melihat burung, ayam hutan dan pekerja kebun sedang merawat tanaman atau mengangkut buah sawit.
Seperti laiknya kebun sawit yang berbatasan dengan hutan, maka konflik dengan penghuni hutan acap kali muncul. Di Pulau Sumatera, salah satunya sebab konflik terjadi adalah gajah. Keberadaan konservasi mengurangi konflik tersebut. Kelebihan lainnya adalah menjadi tempat wisata.
Objek wisata Tangkahan adalah satu kawasan di antara kebun sawit di Kecamatan Padang Tualang. Sebuah loket berdiri sebagai pemungut retribusi pengunjung. Sekeluarga gajah dengan anak mereka yang masih muda bernama Tangka dan Namo berada di tepi jalan. Ada kawat yang dibentangkan sebagai pembatas hunian mereka dengan perkebunan.
Terdapat cottage dengan dominasi bangunan dari kayu tak jauh dari sana yang kami sewa. Di meja dan kursi yang juga berupa kayu, kami menyantap makan siang ditemani desau angin dan suara burung. Dekat dari situ ada Sungai Buluh yang mengalir memanjang membelah hutan. Di sore hari, sungai tersebut menjadi tempat mandi gajah.
Kami menunggu saat itu, yaitu kawanan gajah yang diarak mahout menuju sungai. Ini akan menjadi puncak pertunjukan di Tangkahan. Ombak kecil berkecipak ketika gajah-gajah tersebut bermain air. Pengunjung secara gratis bisa melihat atraksi itu. Beberapa turis asing yang sedari tadi ikut dalam rombongan mahout turut mengusap dan menyikat tubuh gajah di air.
Puas bermain air dan mengangkut batang pohon yang hanyut di sungai, rombongan gajah tersebut berjalan menyusuri aliran ke arah hulu. Mereka akan masuk hutan kemudian memutar untuk kembali ke tempat konservasi.
Saya memilih kembali ke cottage untuk menikmati air kelapa. Meski rasa capek sudah terbayar melihat pemandangan keakraban manusia dan satwa besar tadi. (pesona.travel)