Batakpedia.org-Promosi dan pembangunan kawasan Danau Toba dikhawatirkan belum bisa meningkatkan jumlah wisatawan yang akan berkunjung ke Danau Toba, baik wisatawan dalam negeri maupun dari luar negeri. Hal ini dikarenakan harga tiket pesawat dari Jakarta tujuan Bandara Internasional Silangit masih tergolong sangat tinggi.
RE Nainggolan, selaku tokoh masyarakat Sumatera Utara dan mantan Bupati Tapanuli Utara periode 1999-2004 berharap ada gebrakan Presiden Joko Widodo dalam mengatasi hal tersebut.
“Perbedaan harga tiket sangat mencolok dari Jakarta – Bandara Silangit dan Jakarta – Denpasar, Bali. Padahal, jarak waktu tempuh perjalanan di kedua destinasi wisata ini sama-sama dua jam. Harga tiket memukul industri pariwisata Danau Toba,” ujar, RE Nainggolan.
RE Nainggolan menjelaskan perbedaan harga tiket pesawat yang sangat jauh dari Jakarta ke Denpasar dengan penerbangan Jakarta ke Silangit.
“Ini kan disparitas yang luar biasa. Bisa kita bayangkan, jika lima orang dalam satu keluarga misalnya bepergian ke Bali mereka hanya menghabiskan sekitar Rp 8 juta untuk tiket PP, dan harus merogoh kocek sampai Rp 18 juta kalau ingin ke Danau Toba. Pulang pergi sudah Rp 36 juta hanya untuk harga tiket pesawat saja,” ungkapnya.
Nainggolan menilai bahwa salah satu indikator bagi wisatawan untuk memilih destinasi wisata adalah biaya perjalan.
“Kita bicara secara umum. Kalau mereka yang kaya raya tentu bukan persoalan, dan mereka mungkin punya pesawat sendiri. Akan tetapi bagi kelas menengah ke bawah yang menjadi pengunjung utama Danau Toba, itu pertimbangan utama. Seberapa ingin pun mereka melihat Danau Toba, melihat kalkulasi di atas, tentu mereka akan lebih memilih ke Bali,” ujar RE.
RE berharap agar persoalan ini segera diatasi dengan adanya peran dari pemerintah. RE melihat pembangunan yang sudah digodok dengan matang menjadi sia-sia karena tidak bisa menarik para wisatawan untuk datang.
“Di satu sisi bandara terus mengalami perkembangan, infrastruktur di sana terus dibangun untuk meningkatkan kualitas pelayanan, runway-nya makin panjang, apron makin lebar. Namun, kalau pengunjung tidak datang, buat apa? Jangan nanti masyarakat yang disalahkan,” tegas RE.
RE menerangkan bahwa dengan mahalnya tiket pesawat membuat wisatawan yang datang ke Danau Toba menurun hingga 10 %, hal ini dibuktikan dengan dengan penurunan wisatawan sejak januari hingga bulan November 2019. Ini menjadi sebuah catatan mengingat Danau Toba masuk dalam super prioritas lokasi wisata.
Dilansir kembali dari laman Suarapembaharuan.com, RE menyebutkan pesawat yg mendarat di Silangit juga sudah semakin berkurang baik dari Medan maupun Jakarta. Kalau pemerintah tidak campur tangan seperti gebrakan Presiden Jokowi sekitar 2 tahun lalu, saya khawatir tidak lagi ada pesawat yang mendarat di Silangit.
“Menteri Perhubungan dan MenParkeraf RI harus segera melakukan sesuatu tindakan nyata, agar harga tiket bisa kembali mendekati normal, sehingga pariwisata kita terus meningkat. Saya yakin pemerintah dan pihak maskapai bisa menemukan formula untuk menyelamatkan kemudian meningkatkan pariwisata Danau Toba, demi kebaikan bagi semua, dan terutama peningkatan taraf perekonomian warga di kawasan,” tutup RE. (hitabatak)