Batakpedia.org-Museum Pusaka Nias terletak di Jalan Yos Sudarso 134 A, Gunung Sitoli, Nias, Sumatera Utara. Museum ini adalah salah satu wadah untuk melestarikan nilai-nilai budaya Nias. Museum Pusaka Nias dikelola oleh Persaudaraan Kapusin.
Museum Pusaka Nias menyimpan sekira 6.500 koleksi benda bersejarah masyarakat Pulau Nias. Di sini Anda dapat melihat langsung beragam koleksi berharga budaya Nias, diantaranya adalah: alat rumah tangga, alat musik tradisional, perhiasan, dan patung-patung. Benda-benda koleksi yang dipamerkan tersebut dilengkapi keterangan (Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) untuk mengetahui sejarah, makna, dan fungsinya.
Sejarah
Sejarah Museum Pusaka Nias bermula pada tahun 1972 saat seorang Missionaris Gereja Katolik, Pastor Johannes M. Hammeris, OFM Cap mulai mengoleksi benda-benda budaya, seni dan sejarah masyarakat Nias. Lama- kelamaan jumlah koleksinya semakin banyak dan dengan teliti beliau mencatat nama dan kegunaannya masing-masing. Dari banyaknya koleksi yang dimiliki tersebut, Pastor Johannes mengusulkan kepada Dewan Ordonya yakni Ordo Kapusin Provinsi Sibolga untuk mendirikan Museum Nias. Dalam rapat pleno Ordo Kapusin Provinsi Sibolga, Pastor Johannes pun dipercaya untuk mengelola museum sampai sekarang.
Berdasarkan petunjuk dari Yayasan Nusantara Jaya, pada 19 April 1991, Pastor Johannes bertindak atas nama Dewan Ordo Kapusin Provinsi Sibolga menghadap notaris untuk mendirikan Yayasan Pusaka Nias sebagai badan hukum Museum Pusaka Nias dengan akta notaris nomor 4 tahun 1991. Setelah Yayasan Pusaka Nias berdiri, hal berikutnya yang ditempuh ialah melakukan hubungan kerja dengan Direktorat Permuseuman, sebelum akhirnya melalui SK Bupati Nias KDH Tingkat I, izin pendirian bangunan (IMB) Museum Pusaka Nias dikeluarkan dengan nomor 646.1/626/SK/1992.
Museum Pusaka Nias memiliki 5 paviliun yang berisi koleksi etnografi, arkeologi, sejarah, keramik, biologi, dan senirupa serta tempat koleksi batu-batu megalit. Satu paviliun lagi dikhususkan untuk kegiatan pameran, ceramah dan audio visual. Berikut keterangan tentang Paviliun Museum Pusaka Nias:
Paviliun I. Menyajikan berbagai artefak sebagai bukti material yang menggambarkan keagungan seorang Ono Niha pada masa lalu mulai dari kehidupannya secara pribadi, dalam keluarga, dalam masyarakat hingga ke sisi religius yang berkaitan dengan dunia dan kepercayaannya. Artefak-artefak tersebut berkaitan juga dengan dimensi kehidupan yang agung (Molakhomi) dan terhomat (mosumange) dan tegas atau keras (mosofu).
Paviliun II. Menghadirkan bukti-bukti material yang dipakai dalam pesta yang berkaitan dengan kejelasan dan peneguhan status. Mulai dari berbagai bentuk perhiasan dan barang-barang berharga lainnya, peralatan dapur, dan peralatan jamuan yang terbuat dari kayu, batu, dan keramik. Dilanjutkan dengan rumah adat dengan berbagai ukiran dan monumen di sekitarnya sebagai simbol tingginya status. Berbagai takaran, pakaian, dan tempat duduk yang sekaligus sebagai usungan pada saat prosesi pesta adat, hingga berbagai bentuk peti jenazah sebagai akhir dari kehidupan di dunia serta artefak yang digunakan pada perayaan dan ritus religi kuno.
Paviliun III. Hidup keseharian orang Nias tidak saja diisi dengan hal-hal yang istimewa. Layaknya masyarakat suku bangsa lain di berbagai belahan dunia, Ono Niha juga menjalani hidup sehari-hari dengan berbagai kegiatan rutin. Menelusuri hidup keseharian Ono Niha dapat dilihat dalam ruangan ini, mulai dari tempat hunian, peralatan, dan teknologi rumah tangga, kesenian, pertanian, pertukangan, perburuan kepala manusia, perburuan hewan untuk makanan dan sebagainya.
Paviliun IV. Berisi koleksi batu-batu megalit yang mengabadikan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan orang Nias.
Peristiwa penting dalam kehidupan orang Nias diabadikan dengan batu. Batu itu seolah hidup dan bertutur pada generasi sekarang tentang masa lalu leluhurnya. Mengapa batu?
Me kara lo tebulo-bulo (Karena batu tak pernah berubah)
Me kara lo maoso-maoso (Karena batu tak pernah bergerak)
Kara toroi ba nahia (Batu tetap tinggal pada tempatnya)
Kara sahono boto (Batu yang indah dan selamanya kekal)
Paviliun V. Kegiatan pameran temporer, ceramah, audio visual, diskusi untuk pendidikan pusaka bagi pengunjung, dll.
Transportasi
Gunungsitoli merupakan pintu gerbang ke Pulau Nias. Bandara Binaka berjarak 15 km dari kota ini yang dapat Anda capai dengan beberapa rute yaitu melalui Kota Medan atau Padang.
Dari Medan tersedia penerbangan dengan Merpati dan SMAC. Setiap harinya setidaknya ada dua penerbangan, pagi dan siang. Tarifnya berkisar Rp500.000,-. Pesawat akan mendarat di Bandara Binaka, Gunung Sitoli.
Dari Padang ada dua jalur alternatif melalui darat dan udara. Jalan darat dari Padang harus ke Sibolga terlebih dahulu dengan lama perjalanan sekira 6 jam. Dari Sibolga menuju Gunung Sitoli menggunakan kapal fery cepat selama 3 jam dengan tarif termahal Rp100.000,-. Melalui jalur udara maka Anda bisa menggunakan penerbangan perintis maskapai penerbangan SMAC yang beroperasi hanya pada Senin dan Jumat. Penerbangan ini akan transit ke Pulau Telo kemudian langsung ke Binaka. Tarifnya penerbanganya berkisar Rp250.000,-.(gpswisataindonesia)