Batakpedia.org-Wilayah Batubara telah dihuni oleh penduduk sejak tahun 1720 M, ketika itu di Batu Bara terdapat 5 (lima) suku bangsa yaitu Lima Laras, Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh dan Suku Boga. Kelima suku tersebut masing-masing dipimpin oleh seorang Datuk yang juga memimpin wilayah teritorial tertentu. Ketika itu Batubara menjadi bagian dari kerajaan Siak dan Johor. Untuk mewakili kerajaan Siak dan mengepalai Datuk-Datuk seluruh Batubara diangkat seorang Bendahara secara turun temurun. Setiap Datuk kepala suku mendapat pengangkatan dan capnya dari Sultan Siak.
Istana Lima Laras
Istana Lima Laras terketak di Desa Lima Laras, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatra Utara.
Istana Lima Laras dibangun pada tahun 1907 dan selesai tahun 1912, oleh Datuk Muhammad Yoeda yang bertahta pada tahun 1883 hingga 1919. Pembangunan Istana ini dengan biaya 150.000 Golden dan pengerjaannya didatangkan tenaga ahli dari Cina, saat melaksanakan pembangunan dipimpin langsung oleh Muhammad Yoeda beliau adalah Raja Kerajaan Lima Laras ke XII.
Berarsiktektur perpaduan Melayu, Eropa dan Cina dengan rumah panggung, memiliki luas 102 x 98 meter dengan denah persegi panjang seperti pola penyusun sebuah kubus atau balok. Bangunan ini berlantai empat dengan luas 40 x 35 meter. Menghadap ke timur yang di tandai dengan pintu masuk utama berada di sisi timur bangunan. Istana Lima Laras mempunyai 4 anjungan yaitu barat, timur, utara dan selatan yang berarsitektur Melayu, terutama pada model atap dan kisi-kisinya, namun ada juga yang beronamen china, pada Lantai pertama terbuat dari beton dan yang dipergunakan untuk ruangan musyawarah. Pada lantai II dan lantai III terdapat beberapa kamar dengan ukuran 6 x 5 meter. Secara keseluruhan istana ini memiliki 28 pintu dan 66 pasang jendela. Untuk menuju ke lantai II dan Lantai III mempunyai tangga berputar memiliki 27 anak tangga dari dalam menuju keatas.
Istana ini menjadi pusat ekonomi, pemerintahan dan sosial dimana pada saat itu sistem kesultanan masih berlaku seperti di kawasan yang mayoritas penduduknya bersuku Melayu di Indonesia.
Sejarah kesultanan Melayu Pesisir di Batubara mencapai puncak kejayaanya ketika dipimpin oleh sultan ke-sebelas yakni Datuk Muhammad Yuda dan sultan ke-duabelas bernama Datuk Muda Abdul Roni. Pengaruh kesultanan Niat Lima Laras bahkan sampai ke tanah Jawa di Simalungun dan pulau Bandreng di Asahan.
Meriam Bogak
Terletak di Dusun 12, Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatra Utara. Meriam ini menurut cerita adalah peninggalan pedagang China yang terdampar.
Meriam ini berjumlah 2 buah dengan bentuk dan ukuran yang sama. Pada saat sekarang meriam ini berada pada sebuah cungkup dengan ukuran 3,8 x 3,4 meter. dengan luas lahan berukuran 40 x 40 meter. Meriam ini terbuat dari logam baja dengan ukuran panjang 180 cm, diameter bagian belakang 25 cm dan bagian moncong 15 cm. Saat ini meriam telah dicat dengan warna kuning. Pada bangunan cungkup meriam ini terdapat tempat untuk peribadatan etnis Tionghoa.
Meriam Simpang Dolok
Meriam Simpang Dolok berada di Dusun I, Desa Simpang Dolok, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatra Utara.
Pada saat ini meriam Simpang Dolok berada di depan kantor balai Desa Simpang Dolok. Jumlah meriam adalah dua buah dengan kondisi salah satu telah rusak karena adanya penggergajian pada badan meriam. Meriam ini mempunyai ukuran panjang 140 cm, diameter bagian bawah adalah 25 cm, diameter bagian depan 15 cm. Bahan pembuat meriam adalah logam baja campuran. Pada saat ini meriam ini ditempatkan pada sebuah bangunan berukuran 1,7 x 1,4 meter.
Meriam Sembilan (Nanasiam)
Meriam Sembilan berada di Dusun V, Desa Nanasiam, Kecamatan Padang Deras, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatra Utara. Meriam ini berjumlah sembilan buah pada awalnya namun sekarang tinggal lima buah.
Meriam-meriam ini berada pada sebuah bangunan cungkup berukuran 3,6 x 2,3 meter dan luas lahan 13 x 20 meter dan menghadap ke arah utara. Dalam bangunan ini terdapat empat meriam besar dan 1 buah meriam kecil. Dua buah Meriam besar berukuran panjang 180 cm, diameter bagian bawah 25 cm dan diameter bagian depan 15 cm. Pada bagian belakang terdapat lobang yang digunakan sebagai tempat kait atau tali penahan meriam. Dua buah meriam sedang berukuran panjang 170 cm dengan diameter bagian belakang 20 cm dan bagian depan 14 cm. Meriam kecil berukuran panjang 1 meter dan diameter 13 cm.
Meriam Datuk Simuangsa 2
Meriam Datuk Simuangsa 2 berada di Dusun I, Desa Mesjid Lamo Kecamatan Talawi Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatra Utara.
Meriam ini berjumlah empat buah, satu meriam berukuran besar, dua buah berukuran sedang dan satu meriam berukuran kecil. Meriam meriam ini menghadap ke arah timur.
Meriam besar berukuran panjang 120 cm, lebar diameter bagian belakang adalah 25 cm dan bagian depan 15 cm. Pada bagian tengah terdapat besi penahan. Kondisi meriam sudah cukup berkarat. Dua buah meriam berukuran sedang dengan panjang 1 meter, lebar dia meter bagian belakang 12 cm dan bagian depan 8 cm. Kedua meriam sedang ini bentuk dan ukurannya sama, dengan bagian belakang terdapat lubang pengait untuk tempat tali penahan. Satu buah meriam kecil berukuran panjang 125 cm dengan diameter bagian belakang 8 cm dan bagian depan 5 cm.
Istana Indra Pura
Terletak di Dusun Satu, Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Air Putih Indrapura, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara.
Istana Indra Pura merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Kesultanan Indra Pura, dengan luas Bangunan 35 x 15 m² dan luas lahan : 80 x 70 m², berbentuk bangunan rumah melayu, di depannya terdapat 1 buah Meriam dan Pintu Gerbang Istana.
Meski kini sistem kesultanan tidak lagi dianut, akan tetapi keberadaaan Istana Indrapura akan memberikan pengetahuan luas bagi para pengunjung.
Masjid Jami’ Indra Pura
Terletak di Dusun Satu, Kelurahan Tanah Merah, Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara, dengan luas Bangunan : 27 x 16 m² dan luas Lahan : 42 x 40 m².
Masjid Padang Genting (Masjid Syahroni)
Terletak di Dusun Dua, Desa Padang Genting, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara, dengan luas Bangunan Mesjid (17 x 13 m²), Makam (11 x 16 m²), Gedung (12 x 11 m²).
Sumur Bor Air Jaman Kolonial Belanda
Terletak di Dusun empat, Desa Simpang Dolok, Kecamatan Lima Puluh.
Sumur ini sudah ada sejak zaman belanda, merupakan sumber air yang memenuhi kebutuhan pada masa itu. Sumber air ini sekarang masih dimanfaatkan penduduk setempat untuk keperluan mereka, dengan uas bangunan 4,6 x 4 m² dan luas Lahan 4,6 x 4 m².
Bunker peninggalan Jepang
Terletak di Dusun Satu, Desa Perupuk, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara.
Bangunan tua yang dimakan oleh zaman ini adalah pertahanan pertama bangsa Jepang ketika melakukan expansi ke wilayah Sumatera Utara, berupa banker atau benteng Jepang, dengan luas Bangunan 4,8 x 2,6 m² dan luas Lahan 4,8 x 2,6 m².(gpswisataindonesia)