responsivevoice_button voice=”Indonesian Female” buttontext=”Baca Artikel”]
Batakpedia.org-Konon orang menganggap Batak Dairi masih sama dengan Batak Pakpak, karena pada dasarnya kedua suku ini memang memiliki banyak kesamaan khususnya bahasa, adat istiadat, maupun geografi yang berdekatan. Walaupun secara marga, beberapa hal juga termasuk masyarakatnya sendiri mengakui ada perbedaan diantara keduanya.
Menurut sejarahnya, suku Batak sendiri awalnya adalah kerajaan yang didirikan oleh seorang raja berasal dari Toba Sila-silahi (Silalahi) lau’ Baligi (Luat Balige), yang berada di kampung Parsoluhan, suku Pohan. Raja tersebut yang langsung bersangkutan adalah Raja Kesaktian bernama Alang Pardoksi atau yang sering dipanggil sebagai Pardosi.
Kerajaan ini mengalami kejayaannya pada masa dipimpin oleh raja bernama Sultan Mahara Bongsu, yang memimpin pada 1054 Hijriyah. Dari kerajaan yang besar ini kemudian terpecah menjadi beberapa suku seperti yang kini dikenal, termasuk suku Batak Toba, Mandailing, Pakpak dan lainnya. Suku Pakpak inilah yang kemudian menjadi suku Pakpak Dairi. Antara pakpak dan Dairi sejak dulu menjadi satu keluarga atau marga, tetapi kini mereka terpecah menjadi Pakpak dan Dairi meskipun budaya, adat dan bahasa sama.
Menurut pendapat masyarakat suku Batak Pakpak, suku Batak Dairi adalah bagian dari lima sub suku Batak Pakpak, yaitu: Pegagan, Keppas, Simsim, Klasen dan Boang. Tapi hal ini tidak diterima oleh orang Dairinya sendiri, karena menurut orang Dairi yang disebut suku Pakpak itu adalah hanya puak Pegagan, puak Keppas dan puak Simsim, sedangkan puak Klasen dan puak Boang adalah merupakan kelompok suku Batak Dairi.
Pembagian puak sendiri menurut suku Dairi, adalah Suku Dairi Klasen, Suku Dairi Boang, kadang disamakan dengan suku Julu yang berada di Singkil, dan suku Kahia, atau suku Dairi Kahia yang kadang disebut juga sebagai suku Pakpak-Kahia. Mereka mengatakan dulunya mereka memang berasal dari wilayah Pakpak-Dairi sekarang, tetapi mereka berbeda dengan suku Pakpak.
Dalam melaksanakan pernikahan,sistem sosial kemargaan merupakan hal penting dan menjadi acuan dalam menetapkan calon pasangan yang ingin dinikahi. Beberapa aturan dasar dalam konsep pernikahan kebudayaan suku Batak antara lain, larangan menikah dengan satu marga. Hanya diperbolehkan menikah jika pasangan calonnya berasal dari marga yang berbeda.
Tetapi jika ingin menikah dengan selain suku Batak, maka calon pasangan dari luar suku harus diadopsi terlebih dahulu oleh salah satu marga yang berbeda. Larangan ini berkaitan dengan kekerabatan marga, setiap suku Batak yang berada dalam satu marga masih menganggap satu bagian keluarga besar, sehingga tidak boleh melangsungkan pernikahan dengan saudara.
Dalam konsep perjodohan Batak juga ada pariban, yaitu sepupu. Orang Batak dibolehkan menikahi paribannya bila mereka sama-sama mau. Sepupu yang dimaksud adalah, misalkan untuk perempuan, maka bisa menikah dengan anak laki-laki dari adik perempuan ayah. Sedangkan kalau laki-laki, bisa menikah dengan anak perempuan dari adik laki-laki ibu.
Dalam masyarakat Dairi juga dikenal Martarombo, yaitu mencari-cari hubungan saudara satu dengan yang lainnya. Bila dua orang Batak dengan marga yang sama saling bertemu, mereka biasanya akan saling mencari titik kekerabatan yang menghubungkan persaudaraan mereka.
Bagi yang tidak mengenali silsilah kemargaannya sendiri maka akan disebut sebagai “Nalilu’, yang artinya orang Batak kesasar. Oleh sebab itu, orang Batak diwajibkan untuk mengetahui silsilah minimal nenek moyang yang menurunkan marganya atau ‘dongan tubu’ (teman semarganya).
Seperti halnya suku Batak lainnya, Suku Dairi juga menganut adat Mangulosi, yaitu adat tradisi memberikan kain ulos (kain tenun khas Batak) kepada seseorang. Biasanya pada upacara pernikahan. Tetapi Mangulosi hanya bisa dilakukan oleh hula-hula yakni orang-orang yang dituakan dalam suku Batak yang bisa memberikan ulos pada tradisi mangulosi.
Bagi orang suku Batak Dairi dan Batak umumnya, kain ulos memiliki makna memberikan perlindungan dari segala keadaan. Sehingga, mangulosi punya makna pemberian berkat dan perlindungan. Mangulosi hanya bisa diberikan oleh mereka yang tua kepada mereka yang muda.(pesona.travel)