BatakPedia.org – Destinasi super prioritas Danau Toba di Sumatera Utara diusulkan menggunakan jenama (branding) yang inklusif dalam promosinya sehingga mampu menarik kunjungan wisatawan berkualitas.Ketua Akademi Pariwisata (Akpar) ULCLA Toba, Tetty Marganda Situmorang di Jakarta, Senin, mengatakan saat ini mendesak untuk segera ditetapkan jenama yang inklusif untuk Danau Toba guna menarik minat wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk kategori premium untuk mau datang serta mendatangkan devisa bagi Indonesia.
“Harus segera ditetapkan positioning branding yang inklusif bagi Danau Toba sehingga apabila dipromosikan secara meluas ke seluruh dunia, turis premium akan mau datang ke Danau Toba dan bahkan ikut memberikan testimoni tentang kesan mereka selama berlibur di Danau Toba sehingga semakin banyak devisa yang diterima bagi kesejahteraan masyarakat,” ujar Tetty.
Ia juga menegaskan bahwa Akademi Pariwisata (Akpar) ULCLA Toba sebagai satu-satunya perguruan tinggi pariwisata berbasis vokasi di wilayah sekitar Danau Toba merespons positif tentang kebijakan pemerintah terkait pengembangan Danau Toba.
Menurut dia, jenama untuk Danau Toba selama ini belum tepat sasaran karena sebagai amplifikasi positioning destinasi super prioritas, maka tetap harus ada branding tunggal inklusif bagi Danau Toba.
“Sebelumnya sempat ada branding Super Volcano Geopark, kalau itu tetap mau dipakai bisa jadi sub branding, tapi tagline utamanya harus powerful. Yang benar-benar menggambarkan kenapa turis harus datang mengunjungi Danau Toba, terutama yang kelas premium,” jelas Tetty.
Tetty juga menyampaikan hasil kajian dan riset dari Akpar ULCLA Toba yang menyimpulkan bahwa jenama yang tepat bagi Danau Toba sebagai destinasi super prioritas pariwisata kelas dunia adalah “Thousand Eden Experience of Toba”.
Kesimpulan ini mengemuka setelah dalam 3 bulan terakhir dilakukan riset oleh tim pengajar Akpar ULCLA Toba serta melewati penelitian pada 7 kabupaten di sekitar wilayah Danau Toba.
“Sebagai satu-satunya perguruan tinggi pariwisata berbasis vokasi di wilayah sekitar Danau Toba, Akpar ULCLA Toba meyakini bahwa branding Thousand Eden Experience of Toba akan sangat tepat menjelaskan kekuatan positioning Danau Toba. Ribuan pengalaman surga inilah yang akan menjadi alasan kuat para turis premium agar mau datang ke Danau Toba yang tentunya akan spending banyak di sini,” lanjut Tetty.
Dalam riset Akpar ULCLA Toba tersebut dijelaskan bahwa definisi pengalaman surga, bukan hanya tentang keindahan alam dan peninggalan sejarah.
Kekayaan budaya, musik, dan kuliner di mana semuanya adalah kekuatan ekonomi kreatif juga harus dikedepankan sebagai kekuatan daya tarik Danau Toba bagi turis premium.
Keindahan Danau Toba sendiri diyakini tidak kalah dari Danau Wakatipu di Selandia Baru yang sudah lebih dahulu mendunia dengan keindahan pemandangan danau dan pegunungan. Belum lagi keindahan Huta Ginjang dan Bukit Holbung yang sangat instagramable serta bersaing dengan keindahan alam Switzerland.
Keunikan alam lain seperti Hot Spring Sipoholon dengan segala macam keunikannya dipercaya tidak kalah dari Pamukkale di Turki. Apalagi ditambah dengan berendam di pemandian alami Air Soda, di mana hanya ada 2 di dunia ini yaitu di Parbubu, Tarutung sekitar Danau Toba serta di Venezuela.
“Segera kita rancang sedemikian rupa agar investor tertarik untuk meningkatkan kualitas akses dan amenitas Danau Toba guna menarik minat turis premium agar betah lama tinggal yang otomatis semakin banyak devisa yang dapat diperoleh,” kata Tetty yang juga Presdir dari Nasari Sentra KUKM ini.
Tetty pun menambahkan bahwa kekuatan ekonomi kreatif yang menonjolkan kekayaan seni budaya, musik, dan kuliner akan menjadi revitalisasi faktor atraksi dan aktivitas pariwisata guna menciptakan sensasi yang menguatkan ribuan pengalaman surga selain keindahan alam Danau Toba sendiri.
Hal ini diyakini secara konkrit berdampak pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar Danau Toba. Ia juga berpendapat, harus dilakukan penguatan di berbagai aspek sebelum para pelaku UMKM berbasis ekonomi kreatif tersebut dilibatkan aktif untuk menggaet para turis premium.
“Sekarang boleh kita bandingkan Arsik itu lebih enak daripada Tom Yum Thailand, lalu masakan khas Batak Naniura bisa kita kemas seperti Sushi Jepang. Jadi kearifan lokal kuliner Batak pun harus ditonjolkan karena tidak kalah dengan kuliner lain yang sudah lebih dulu mendunia,” kata Tetty.
Pemerintah diharapkan untuk lebih berkomitmen tinggi karena dibutuhkan harmonisasi lintas sektoral antar kementerian guna perwujudan visi besar tersebut. Implementasi jenama “Thousand Eden Experience of Toba” membutuhkan komitmen dan kerja sama di antaranya dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Koperasi dan UKM, serta Badan Koordinasi Penanaman Modal.
“Kami melihat ini mendesak untuk segera dirumuskan Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menparekraf dengan Kepala BKPM juga dengan Menkop untuk payung hukum harmonisasi lintas kementerian guna akselerasi perwujudan Danau Toba sebagai destinasi wisata super prioritas kelas dunia,” kata Tetty. (antara)