• Situs Ofisial
  • Kamus
  • Pedoman Media Siber
  • Menjadi Penulis
  • Tentang
    • Kebijakan Privasi
    • FAQ
    • Kerja Sama
  • Donasi
  • Advertising
  • Hubungi Kami
BatakPedia
  • Beranda
  • Berita
  • Umum
  • Musik & Lagu
    • Daftar Lagu Buku Ende
    • Daftar Lagu Buku Nyanyian
  • Pariwisata
  • Etnis Batak
    • Angkola Sipirok Mandailing
    • Karo
    • Pakpak Dairi
    • Simalungun
    • Toba
  • Sejarah
  • Humor
  • Download Area
  • Donasi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Umum
  • Musik & Lagu
    • Daftar Lagu Buku Ende
    • Daftar Lagu Buku Nyanyian
  • Pariwisata
  • Etnis Batak
    • Angkola Sipirok Mandailing
    • Karo
    • Pakpak Dairi
    • Simalungun
    • Toba
  • Sejarah
  • Humor
  • Download Area
  • Donasi
No Result
View All Result
BatakPedia
No Result
View All Result
Home Umum

Daripada Saling Menyombongkan Suku, Ras, atau Golongan, Kenapa Tak Lebih Senang Disebut Anak Indonesia?

batakpediabybatakpedia
17 Agustus 2019
inBudaya, Sejarah, Umum
0 0
0
Daripada Saling Menyombongkan Suku, Ras, atau Golongan, Kenapa Tak Lebih Senang Disebut Anak Indonesia?
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Line

Batakpedia.org – Pernahkah kita memperhatikan banyak pemuda di negeri ini yang lebih suka menyombongkan golongannya daripada mengatakan bahwa mereka adalah anak Indonesia? Pernahkah kita melihat ada segolongan pemuda dengan penuh lantang berteriak bahwa dirinyalah yang terbaik? Pernahkah kita mendengar sebagian orang yang begitu membusungkan dadanya ketika memperkenalkan ras atau sukunya?

Atau pernahkah kita melihat seorang pemuda yang lebih suka disebut sebagai golongan X daripada berkata,

“Akulah pemuda Indonesia!”

Memang bukanlah suatu yang salah jika kita bangga dengan apa yang kita bawa sejak lahir, seperti ras, suku ataupun golongan. Bangga memang boleh, namun terlalu membanggakan hingga merendahkan golongan yang lain tentulah itu adalah suatu yang salah. Bangga dengan ras atau suku yang kita punya memang boleh, tetapi jika terlalu melebih-lebihkannya dibanding yang lain maka tentulah itu justru membuat ras atau suku lain menjadi terasa seolah direndahkan.

Bahkan bangga dengan ras atau suku yang kita punya sebenarnya bisa menumbuhkan rasa cinta kepada budaya yang kita miliki masing-masing. Namun tentu tak boleh memandang milik orang lain itu suatu yang rendah. Bukankah Indonesia ini tercipta dengan susunan ras, suku dan golongan yang sangat beragam. Lalu mengapa kita terlalu membanggakan golongan kita sendiri?.

Sekarang kita telah berada di tahun 2015. Kita perlu sadari bahwa negeri kita pada bulan Agustus ini akan berulang tahun yang ke-70. Ternyata sudah tujuh dasa warsa negeri kita ini merdeka. Sudah tujuh puluh tahun negeri kita tercinta ini mengibarkan berndera merah putih dengan gagah perkasa sebagai bendera pemersatu semua perbedaan yang ada. Namun pasti kita sering melihat banyak sekali terjadi konflik antar golongan, tak sekedar konflik bahkan mereka menyatakan saling bermusuhan.

Entah dari antar desa yang saling tawuran, bahkan tingkat antar RT dan RW yang saling bentrokkan. Hingga sampai bawa-bawa nama ras dan suku yang saling berkonflik disana-sini. Lalu sebenarnya apa makna bendera merah putih berkibar selama ini? Apa makna bendera merah putih yang dahulu diperjuangkan dengan tumpahan darah para pendahulu. Bukankah dahulu bendera itu untuk menyatukan seluruh ikatan hati semua orang dari ujung timur sampai barat nusantara. Tak peduli ras, suku ataupun agama.

Parahnya bila kita lihat dan perhatikan bahwa banyak berita maupun tontonan di televisi yang justru sering kali mengangkat suatu tayangan yang berlatar belakang satu budaya itu-itu saja. Seolah rasanya Indonesia kok hanya itu-itu saja, seolah Indonesia kok hanya golongan, rasa tau suku itu-itu saja. Bukankah Indonesia itu terdiri dari ribuan pulau dengan beragam suku dan budaya.

Entahlah, kadang juga hanya berita-berita yang bersifat Jakarta sentris saja. Apa-apa Jakarta, apa-apa terjadi di Jakarta yang diberitakan. Dari berita tingkat RT hingga berita kursi DPR yang diperebutkan. Walau memang berita daerah sering pula ada, namun porsinya seolah jauh sekali. Entahlah, diri kita memang hanya bisa berkomentar. Karena memang kita bukan pemilik media yang bisa menayangkan apa yang kita mau.

Kita tentu tak ingin melihat bahwa saudara kita yang minoritas terasa terpinggirkan. Kita tentu tak ingin saudara kita yang mayoritas justru seolah ingin meng-Indonesia-kan negara ini dengan ke-Aku-annya. Tentu kita lebih ingin meng-aku-kan negara ini dengan ke-Indonesia-an. Ya, yaitu Indonesia yang tak hanya terdiri dari satu golongan semata. Namun memang kita ini Indonesia yang terdiri dari berbagai ras, suku dan golongan.

Walau memang satu warna itu terlihat cerah dan jelas, namun warna yang beraneka ragam seperti pelangi, bukankah itu justru terlihat lebih indah. Apakah kalian juga tak suka jika melihat seorang teman yang dengan penuh gaya berkata,

“Aku lho orang Jawa! Lihat ini hebatnya gue orang Jakarta! Lihatlah lebihnya gue suku Batak! Lihatlah saya Islam! Lihat saya Kristen! Lihat gue Partai Merah! Gue Biru! Lihat hebatnya saya bla bla bla!”

Duh rasanya kok jadi bukan ingin melestarikan budaya yang ada, namun justru ingin menyombongkan golongannya. Iya sombong jadinya, saat kita merasa ingin memamerkan kebaikan dan kelebihan yang kita punya. Lihatlah berbagai perpecahan di negeri ini sering kali justru terjadi karena mereka yang terlalu ingin saling menyombongkan identitas diri masing-masing. Tak usahlah terlalu menganggap diri ini yang terbaik, karena setiap dari kita tentu punya kelebihan dan kekurangan.

Dari dalam hati ini, sebenarnya kita ingin semuanya bisa hidup rukun berdamai satu sama lain. Tak ada lagi yang bertikai antar satu golongan dan golongan lain, jika itu hanya sekedar ingin menunjukkan eksistensi ras, suku atau kelebihan golongannya. Kita ingin kita bisa berdampingan bersama, tanpa lagi memperdulikan label ras, suku dan agama.

Mungkin kata Indonesia yang telah para pahlawan perjuangkan itu bisa menjadi jawabannya. Mungkin hal kecil yang bisa kita lakukan sekarang adalah dengan mengesampingkan keingingan golongan kita untuk selalu diutamakan dan dibanggakan. Sudah saatnya kita menempatkan diri untuk merangkul semuanya atas nama sesama orang Indonesia. Indonesia lahir dari rahim berbagai ras, suku dan agama. Maka tentu akan bisa bertahan dan berkembang maju jika mau bersama. Dirgahayu Republik Indonesia ke 74. (hipwee)

Join BatakPedia.org Telegram Group

Terkait

Previous Post

Melanggar Perkawinan Suku Batak, Kerbau Harus Dipotong

Next Post

5 Fakta Menarik Soal Marga Batak

Next Post

5 Fakta Menarik Soal Marga Batak

Tinggalkan PesanBatalkan balasan

Dukung Pengembangan BatakPedia

Detail Informasi Donasi

atau donasi langsung dari paypal :

Berlangganan ke Blog via Email

Masukkan alamat surel Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui surel.

Bergabung dengan 939 pelanggan lain

Menjadi Penulis

Ingin berkontribusi menjadi penulis di BatakPedia?
Silahkan segera Daftar atau Login

Ikatlah ilmu pengetahuan dan bagikan dengan cara menuliskannya

Tulisan Terbaru

Keturunan Raja Sibegulaos perbaiki ‘Mual’ berusia ratusan tahun

Keturunan Raja Sibegulaos perbaiki ‘Mual’ berusia ratusan tahun

25 Januari 2021
Inilah 3 Alasan Utama Pria Batak Menikahi Gadis Jawa

Inilah 3 Alasan Utama Pria Batak Menikahi Gadis Jawa

23 Januari 2021
Ketua DPRD Toba kunjungi Dinas PMDPTSP Tebing Tinggi

Ketua DPRD Toba kunjungi Dinas PMDPTSP Tebing Tinggi

22 Januari 2021
Berbakat, 10 Artis Batak Marga Siregar yang Sukses di Panggung Hiburan

Berbakat, 10 Artis Batak Marga Siregar yang Sukses di Panggung Hiburan

20 Januari 2021
Berdarah Batak, 10 Adu Pesona Atiqah Hasiholan dan Yasmine Wildblood

Berdarah Batak, 10 Adu Pesona Atiqah Hasiholan dan Yasmine Wildblood

19 Januari 2021

Tentang BatakPedia

Batakpedia.org memuat tulisan tentang Batak, baik menyangkut adat budaya, pariwisata, peristiwa, ekonomi, hukum, sosial, dan lain-lain.

Menjadi Penulis

batakpedia.org membuka kesempatan kepada siapapun dengan latar belakang apapun untuk bergabung menjadi kontributor.

Bagi yang ingin bergabung menulis, kirimkan contoh artikelnya ke email bonpascamp@gmail.com

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi halaman berikut ini.

Telusuri Berdasarkan Kategori

  • Angkola Sipirok Mandailing
  • Berita
  • Budaya
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Humor
  • Karo
  • Musik & Lagu
  • Opini
  • Pakpak Dairi
  • Pariwisata
  • Pengembangan
  • Sejarah
  • Simalungun
  • Toba
  • Tokoh
  • Umum
  • Situs Ofisial
  • Kamus
  • Pedoman Media Siber
  • Menjadi Penulis
  • Tentang
  • Donasi
  • Advertising
  • Hubungi Kami

Ensiklopedia Budaya Batak. ©2009 Sunardo Panjaitan . All rights reserved Official site | Wiki | Forum | Sourceforge | Twitter| Facebook

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Umum
  • Musik & Lagu
    • Daftar Lagu Buku Ende
    • Daftar Lagu Buku Nyanyian
  • Pariwisata
  • Etnis Batak
    • Angkola Sipirok Mandailing
    • Karo
    • Pakpak Dairi
    • Simalungun
    • Toba
  • Sejarah
  • Humor
  • Download Area
  • Donasi

Ensiklopedia Budaya Batak. ©2009 Sunardo Panjaitan . All rights reserved Official site | Wiki | Forum | Sourceforge | Twitter| Facebook

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Dukung Kami!

Batakpedia.org memuat tulisan tentang Batak, baik menyangkut adat budaya, pariwisata, peristiwa, ekonomi, hukum, sosial, dan lain-lain.

true