Balige, Sumut, 18/2 (ANTARA) – Dinas Kebudayan dan Pariwisata Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, menyelenggarakan lomba “Tortor” Batak antarpelajar untuk mewujudkan pelestarian nilai budaya.
Lomba tersebut sekaligus memotivasi para generasi muda berkreasi melalui irama gerak tubuh yang diiringi alunan musik gondang, kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Toba Samosir Ultri Sonlahir Simangunsong di Balige, Senin.
“Perkembangan zaman globalisasi perlu dibentengi norma-norma budaya, untuk pencerahan secara berkelanjutan, dalam rangka melestarikan budaya,” katanya.
Menurut dia, kegiatan lomba yang diikuti 19 peserta dari berbagai Sekolah Menengah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) se Kabupaten Toba Samosir pada Jumat (15/2) itu, diharapkan dapat membangkitkan semangat para pelajar untuk menggapai prestasi dengan menjunjung tinggi nilai budaya sebagai perekat persaudaraan dan kebersamaan.
Kriteria penilaian dewan juri pada festival Tortor tersebut meliputi dasar/pakem tari, koreografi bentuk pola tortor, “wirama” keserasian gerakan dan irama musik, “wiraga” olah gerak tubuh, “wirasa” kemampuan berekspresi dalam etika adat daerah serta penampilan keserasian bersama antara penguasaan pentas dengan kostum.
Ultri menyampaikan apresiasi kepada Yayasan Universitas Darma Agung Medan atas kerjasama dan kesempatan yang diberikan, hingga pihaknya dapat menyelenggarakan festival tari tortor itu di Balai Desa Monumen D.I.Panjaitan Balige yang dihadiri ribuan warga Toba Samosir dengan cukup antusias.
“Dengan penyelenggaraan festival tersebut, diharapkan dapat menggerakkan spirit untuk meningkatkan seni budaya Batak,” katanya.
Sekdakab Toba Samosir, Liberty Manurung menambahkan, moment tersebut dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan potensi seni budaya tortor, dalam rangka mendukung percepatan pembangunan, khususnya di bidang kepariwisataan, demi mewujudkan daerah berpenduduk sekitar 175.277 jiwa yang terletak di bagian tengah provinsi Sumatera Utara itu menjadi salah satu tujuan wisata.
Kegiatan dimaksud, lanjutnya, juga merupakan salah satu wadah pengembangan dan pelestarian karya seni budaya berbasis kearifan budaya lokal dalam rangka memotivasi para generasi muda Batak untuk berkreasi dan berekspresi melalui olah gerak tubuh serta sentuhan alunan musik gondang sehingga menimbulkan rasa mencintai dan rasa memiliki budayanya sendiri.
Liberty meminta, agar para peserta lomba dapat menjadikan moment tersebut pengalaman serta pembelajaran berharga untuk menggapai prestasi sebagai generasi muda tunas bangsa, melalui pertandingan dan kompetisi yang sehat.
“Kegiatan tersebut hendaknya dijadikan sebagai agenda berkelanjutan dalam mengemban misi sosial dan budaya,” ujarnya.
sipeop na godang ndang marlobi-lobi, si peop na otik ndang hurangan.
BATAKPEDIA