Batakpedia.org– Di tengah polemik terkait wacana rencana pemberlakuan wisata halal di kawasan Danau Toba, Pemkab Toba samosir (Tobasa) akan mengelar even Karnaval Pesona Danau Toba, di Balige, Jumat-Minggu (13-15/9/2019). Dalam even itu warga dipersilahkan menikmati sajian kuliner lokal, termasuk makanan daging babi.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pariwisata Tobasa melalui Kabid Promosi dan Pariwisata, Hercules Butarbutar dalam temu pers tentang rencana pesiapan Festival Karnaval Pesona Danau Toba IV, di Balai Data Kantor Bupati Tobasa, di Balige.
“Pada acara kegiatan Festival Karnaval Pesona Danau Toba akan dimeriahkan berbagai perlombaan sajian makanan kuliner khas Batak, termasuk sajian makanan daging babi,” ujarnya.
Dia mengatakan, lomba masakan khas daerah Batak adalah sesuatu yang memiliki nilai dan ciri khas yang sulit dilupakan oleh masyarakat Batak, baik di perantauan maupun di bona pasogit (kampung halaman) dan sangat merindukan sajian itu.
“Ciri khas masakan itu umumnya sudah melekat bagi masyarakat Batak. Kesempatan itu kita akan gugah pengunjung melepas kerinduannya akan jenis makanan itu, “ucapnya.
Kata Hercules, selain makanan jenis daging babi, juga akan ada sajian kuliner kas Batak lainnya, seperti dekke napinadar (ikan dibumbu asam), nani arsik, namargota.
“Peserta lomba adalah pengusaha lokal di daerah kita. Kita beri kesempatan bagi mereka menunjukkan kebolehannya menyajikan makanan-makanan khas Batak dengan mempergunakan bumbu tradisional, ” terangnya.
Senada disampaikan Asisten III Setdakab Tobasa, Parulian Siregar. Ia menjelaskan, Festival Karnaval Pesona Danau Toba yang sudah diagendakan setiap tahun, tepatnya bulan September. Tahun ini akan disemarakkan dengan lomba masak sajian makanan khas tradisional Batak, termasuk daging babi masakan panggang, saksang dan naniarsik.
“Penilaian tidak hanya bentuk sajian, namun juga bagaimana cara membuat hingga makanan siap dihidangkan,”katanya.
Lanjut Parulian, untuk mensukseskan acara Festival Pesona Danau Toba tahun ini, khusus untuk lomba masakan khas tradisional Batak akan mendatangkan ICA (Indonesia Cooking Asosiation).
“Bagaimana untuk kepariwisataan kita lebih diminati banyak pengunjung dan kita sambut dengan segala upaya yang lebih menarik termasuk sajian khas makanan tradisional, ” ucapnya.
Asisten II Setdakab Tobasa, Jhonpiter Silalahi berharap Festival Karnapal Pesona Danau Toba yang berlangsung selama 3 hari akan berlangsung meriah dan mampu menarik simpati pengunjung dari luar daerah maupun turis mancanegara.
“Rencana kegiatan akan diikuti sejumlah daerah dan provinsi lain. Tujuannya menggalahkan wisata di kawasan Danau Toba,” ucapnya.
Sebelumnya, Gubernur Edy Rahmayadi menyampaikan salah satu fokusnya membangun Sumut, yakni terkait pengembangan pariwisata kawasan Danau Toba. ia akan membentuk tim bernama Tim Percepatan Kesuksesan Pariwisata Kawasan Danau Toba. Tim itu antara lain nantinya menyelaraskan tugas-tugas pengembangan Danau Toba dari berbagai sektor, seperti penanganan dan pengelolaan limbah industri dan limbah rumah tangga hingga penataan keramba jaring apung.
Kemudian penataan hewan berkaki empat agar tidak sembarang dipotong di tempat-tempat umum karena status Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), dan juga termasuk pengembangan wisata halal, seperti mendirikan masjid.
Wisman dari negara-negata tetangga itu, kata Edy, harus dipahami soal keinginannya, latar belakang dan adat istiadat. Misalnya wisman Malaysia dan Brunei.
“Tidak kalian bikin di sana masjid, tak datang dia (wisman) itu. Sempat potong-potong babi di luar, sekali datang besok tak datang lagi itu,” sebut Edy mencontohkan.
Pernyataan Edy tersebut langsung menuai penolakan sejumlah kalangan. Bupati Samosir, Rapidin Simbolon, misalnya, tidak pernah berpikir untuk menerapkan wisata halal di kabupaten yang dipimpinnya.
Menurut Rapidin, penolakan atas wisata halal maupun syariah adalah keputusan pemerintah dan sebagian besar rakyat Samosir yang ada di bonapasogit dan yang ada di tanah rantau. Alasannya karena tidak sesuai dengan paham kebangsaan, ideologi dan dasar negara, yaitu Pancasila, UUD 1945 serta Bhineka Tunggal Ika.
Antropolog Batak, Prof Bungaran Antonius Simanjuntak (BAS), mengingatkan Gubernur Edy untuk tidak meneruskan konsepnya itu.
“Gubsu tidak boleh mengubah dan mengatur adat dan budaya. Apakah Gubsu mau menghancurkan adat budaya Batak dengan label makanan halal itu?” kata BAS kepada medanbisnisdaily.com, Kamis (29/8/2019).
Menurut BAS, di Batak, ada banyak kuliner tradisional. Antara lain, sangsang, naniarsik, namargota, napinadar, natinanggo, silalat, naginoreng dan sebaginya.
Dengan melontarkan kebijakan itu, Edy, menurut BAS, tengah menggunakan gaya diktator orde baru yang memakai kekuasaan untuk mengintervensi budaya.
BAS juga mengingatkan Edy jangan seperti EWP Tambunan yang ketika menjabat Gubernur Sumatra Utara menggunakan adat dan budaya untuk menggadaikan tanah Batak kepada perusahaan yang merusak lingkungan. (hitabatak)