Batakpedia.org-Sebagai salah satu tempat penting bagi umat Nasrani, secara otomatis nilai-nilai yang ada pada setiap gereja idealnya harus memiliki kesatuan antara manusia dengan kerohaniannya. Oleh karena itulah, penting bagi seorang arsitek untuk merencanakan dengan matang bagaimana membuat bangunan sakral ini.
Tentu dengan tetap memiliki perhitungan aspek-aspek tertentu tanpa harus mengurangi nilai seni dalam arsitekturalnya. Bukan hanya aplikasi warna-warni, konten etnik lokal juga sering muncul pada desain di Gereja Santo Fransiskus, yang berlokasi di Brastagi Karo ini.
Gereja Santo Fransiskus memiliki daya tarik tersendiri untuk Kota Berastagi yang berhawa sejuk. Sering disebut gereja inkulturatif karena menggabungkan budaya, dan tradisi khas Sumatera Utara dengan budaya Kristen.
Kalau diperhatikan, arsitektur Gereja Santo Fransiskus terinspirasi dari bangunan rumah adat Batak Karo yang kokoh, unik sekaligus artistik. Konon, alasan di balik pemilihan arsitektur tersebut untuk turut melestarikan nilai luhur Karo, karena yang sudah mulai dilupakan. Terbukti makin sedikit rumah hunian dengan gaya Karo.
Panjang bangunan sekitar 34 meter dengan lebar 24 meter. Gereja Santo Fransiskus dapat menampung ribuan jemaat. Gereja ini juga mempunyai pendopo dengan model “geriten”, yaitu rumah kecil tanpa dinding untuk berbagai keperluan religi, dan sebagai ruang untuk aneka keperluan kaum muda.
Dibangun Berdasarkan Musyawarah Masyarakat
Sebagaimana layaknya pembangunan rumah Karo, pembangunan Gereja Inkuturatif Karo Santo Fransiskus Asisi ini dimulai dengan diadakannya sebuah “runggu”. Runggu merupakan tradisi musyawarah adat keluarga besar Karo, yang tujuannya untuk mengemukakan kesatuan pemikiran tentang pembangunan Gereja Inkulturatif Karo dengan arsitektur tradisional Karo yang kental.
Peresmian gereja inkulturatif Karo St. Fransiskus Asisi Berastagi dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2005 dalam Missa Agung yang dipimpin oleh Mgr. Pius Datubara (Uskup Agung Medan) dan Mgr. Martinus D. Situmorang, OFM Cap (Uskup Padang). Tujuan dibangunnya Gereja ini adalah untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa ada alasan untuk berjuang dalam hidup.
Tanah Karo harum oleh pengaruh iman Katolik, dan Tanah Karo harus mendapat berkat melimpah dengan kehadiran Gereja Katolik. Diharapkan gereja ini dapat menjadi tempat untuk menyejukkan hati semua orang, hangat dalam kasih, dan menjadi tempat bagi semua orang untuk membangun persaudaraan dalam setiap umat beragaman. (pesona.travel)