“Segala ulos ada di sini. Inilah gabungan semua motif ulos. Inilah rajanya ulos,” ujar salah satu penenun ulos Harungguan, Rohana Simatupang (56).
Sambil menenun, Rohana menjelaskan bahwa ulos Harungguan hanya dibuat oleh para penenun di Muara, salah satu kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Jika wisatawan menemukan ulos Harungguan di daerah lain, sudah pasti ulos tersebut dikirim dari Muara. “Cuma di Muara ini ngerjainnya,” kata Rohana.
Ulos Harungguan ini dibentuk dari ribuan benang. Jenis benang yang digunakan yakni benang 100. Setiap motif dalam ulos Harungguan memiliki jumlah benang masing-masing. “Ada hitung-hitungnya masing-masing untuk setiap motif,” ucap Rohana.
Proses tenun untuk satu ulos Harungguan sekitar 3-7 hari. Sementara proses sebelum menenun dilakukan, seperti pembentukan pola motif, pengikatan, hingga pencelupan. Butuh waktu sekitar dua pekan untuk menyelesaikan proses sebelum menenun.
Penenun ulos Harungguan lainnya, Mutiara Pandiangan, menjelaskan, dahulu para penenun menggunakan pewarna alami. Namun, kini pewarna alami itu sudah digantikan dengan pewarna kimia.
“Harus dua bulan dicelupkan pagi, sore, kalau yang alami. Harganya hampir serupa alami dan kimia, makanya orang enggak mau lagi pakai alami,” tutur Mutiara.
Ulos berukuran 210 x 93 cm ini memiliki beberapa warna dasar seperti merah ati dan hijau. Para penenun Muara mematok harga Rp 1.200.000 untuk rajanya ulos tersebut. [kompas]