Batakpedia.org – Pilkada Kepri tinggal hitungan 40-an hari lagi. Kasak kusuk di arus bawah semakin hangat.
Medsos semakin riuh dengan suara para pendukung. Medsos tetiba penuh akun fiktif yang terlalu nampak kasat mata. Akun fiktif ini secara terbuka berusaha membentuk opini dengan menyerang kekurangan lawan.
Batam kota yang unik. Kota di mana pengelompokan etnis pendatang masih sangat kuat hubungan emosionalnya. Ada tiga kelompok suku besar di Batam. Etnis Jawa, Minang dan Batak.
Ada sekitar 600 ribuan jumlah calon pemilih di Kota Batam. Batam paling besar jumlah pemilihnya dari 7 kabupaten Prov Kepri. Total DPT sekitar 1.1 juta suara.
Pilkada Gubernur kali ini berbeda dengan 5 tahun yang lalu. Dulu ada dua paslon yang bertarung. Pilkada 2020 ini ada tiga paslon.
Pilkada 2015 lalu, arus suara berdasar kelompok etnis gampang dipetakan kekuatannya. Pembelahan dan polarisasi dukungan tampak kasat mata.
Suara etnis Melayu Minang rerata ke Sanur. Jawa, Tionghoa dan Indonesia Timur merapat ke SAH.
Bagaimana suara etnis Batak?
Awalnya suara etnis Batak menggelondong ke SAH. Hampir semua suara arus bawah Batak mengarah ke SAH. Suara pemilih Batak itu sampai di awal Oktober.
“Kita perlu dentuman besar lae..bukan letupan. Kita tak punya waktu lagi bergerak ke bawah. Waktu tinggal 70an hari lagi,” ujar saya sama seorang pentolan Batak.
Jrennggg…
Saya berpikir keras. Apa kejutan dan sengatan besar yang harus diperbuat?
Harus ada dentuman gede yang akan menelan letupan kecil sporadis yang dilakukan tim SAH.
Uppss… Ciaooo.
Pake jurus kungfu Taichi. Gunakan energi serangan lawan untuk dikembalikan memukul mereka.
Periode Maret-Oktober, serangan pada sosok Sani bak senapan AK47 yang menembakkan peluru non stop.
Selisih suara hampir 26 persen hingga di Agustus 2015. Memang tidak ada perlawanan dari Sanur. Duit cekak.
Belum lagi tim ses bak anak ayam kehilangan induk. Pentolan timsesnya para veteran yang ketinggalan zaman cara bertempurnya. Bahkan Sekretaris Pemenangan Surya Makmur Nasution hilang rimbanya entah kemana.
Jika kamu tak punya kekuatan melawan lawanmu, gunakan kekuatan lawanmu memukul mereka. Itulah ilmu Taichi.
Hinaan, cacian, penistaan, olok-olok dan ejekan besi rongsokan, sudah bau tanah, sudah ujur, jalan saja tertatih, pak tua istirahatlah pada Sani itu sudah sampai titik jenuh di awal Oktober.
Dan boommm…
Tagline Sani Ayah Kita bak busur panah melesat kencang membelah semua hinaan dan ejekan itu.
Dentuman pertama terjadi. Spotlight berganti ke sosok Ayah Sani.
Saya menuliskan sosok Ayah Sani seperti ini.
“Sani adalah orang baik. Orang baik yang panjang umur dalam mengajarkan kebaikan dan ketulusan. Perjuangan kita adalah memenangkan orang baik menjadi pemimpin kita. Karena Sani Adalah Ayah Kita.”
Branding Sani Ayah Kita menjadi tagline yang menggugah sisi kemanusiaan publik. Publik bersimpati dan berempati.
Pesan dentuman besar ini semakin menggelegar dengan dentuman tahap ke 2. Konser Judika dengan bintang tamu Sani Ayah Kita di Dataran Engku Putri bak bom atom Hiroshima.
“Kita Menang kawan,” pekik saya malam konser itu.
Tapi itu dulu. Five years ago. Bagaimana sekarang? Kemana suara arus utama etnis Batak? Apakah suara etnis Batak menjadi penentu siapa gubernur terpilih?
Apakah suara etnis Batak itu bisa mengulang suksesnya 5 tahun yang lalu menjadi bandul pengayun yang menentukan?
Tentu bisa. Asalkan suara arus utama itu mengayun deras ke salah satu paslon.
Tapi beda dulu dengan sekarang. Situasi pandemi Covid 19 memaksa pergerakan turun ke titik nadir. Tidak ada lagi dentuman besar. Tidak ada lagi ledakan besar yang melahap letupan2 kecil sporadis.
Pilkada Kepri kali ini tidak sama dengan 5 tahun yang lalu.
Kali ini terjadi pasar bebas. Suara etnis Batak polanya tidak bisa dipolakan lagi. Masing2 kandidat bisa menarik suara pemilih Batak. Tidak ada yang mendominasi.
Paling-paling celutukan di lapo tuak atau kedai yang sering terdengar, silahkan pilih nomor 3 atau nomor 1, tapi jangan pilih calon yang wagubnya orang PKS. Begitu suara orang Batak yang selalu saya dengar.
Jika sudah begitu…pertarungan ini tinggal paslon no 1 dan 3.
“Kalo Bang Bir..sebagai orang Batak pilih siapa dong?”, tanya seorang teman.
Pegangan saya itu adalah pepatah bijak saja. Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.
Fahamkan kau lae ku…
Penulis: Birgaldo Sinaga