• Beranda
  • Berita
  • Umum
  • Musik & Lagu
    • Daftar Lagu Buku Ende
    • Daftar Lagu Buku Nyanyian
  • Pariwisata
  • Etnis Batak
    • Angkola Sipirok Mandailing
    • Karo
    • Pakpak Dairi
    • Simalungun
    • Toba
  • Sejarah
  • Humor
  • Download Area
  • Donasi
BatakPedia
  • Beranda
  • Berita
  • Umum
  • Musik & Lagu
    • Daftar Lagu Buku Ende
    • Daftar Lagu Buku Nyanyian
  • Pariwisata
  • Etnis Batak
    • Angkola Sipirok Mandailing
    • Karo
    • Pakpak Dairi
    • Simalungun
    • Toba
  • Sejarah
  • Humor
  • Download Area
  • Donasi
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Umum
  • Musik & Lagu
    • Daftar Lagu Buku Ende
    • Daftar Lagu Buku Nyanyian
  • Pariwisata
  • Etnis Batak
    • Angkola Sipirok Mandailing
    • Karo
    • Pakpak Dairi
    • Simalungun
    • Toba
  • Sejarah
  • Humor
  • Download Area
  • Donasi
No Result
View All Result
BatakPedia
No Result
View All Result
Home Umum

Mangulos: Kehangatan Khas Tanah Batak

BatakbyBatak
30 Oktober 2019
inUmum
0 0
0
Mangulos: Kehangatan Khas Tanah Batak
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsAppShare on Line

Batakpedia.org– Ulos tak sekadar kain tenun, ia juga menjadi perkakas adat, simbol budaya, dan bagian dari prosesi spiritual. Ribuan perajin ulos masih bertahan. Sebagai produk budaya, ulos punya karakter khas.

Tidak hanya Presiden Jokowi dan sang cucu tercinta Jan Ethes, Ibu Negara Iriana Joko Widodo ternyata bisa viral. Dalam balutan busana adat Simalungun, pada upacara kenegaraan 17 Agustus 2019 di Istana Merdeka, Ibu Negara mengundang perhatian netizen dalam jumlah yang tidak kalah besar dari Presiden Joko Widodo yang mengenakan busana adat Bali khas Klungkung. Bulang, aksesori penghias rambut Ibu Negara, dan kain ulos bersulam emas yang serasi dengan kebaya merah tosca itu, mengundang beribu-ribu cuitan.

Seorang netizen lantas mencuit. @Dinata_Franky: Ibu iriana pakai baju adat daerah saya Simalungun, sangat bangga.Yang lain menambahkan, @ellenmanroe: Salfok sama baju adat Bu Iriana, pakaian adat Batak Simalungun. Proud to be Bataknesse.Maka, hari itubulang, selendang, dan terutama ulos sempat menjaditrending topic.

Ulos adalah identitas budaya Batak, Sumatra Utara. Kain tenun ini juga ada di semuasubetnis Batak, baik Karo, Toba, Mandailing , Angkola, Pakpak, serta Simalungun. Dalam bahasa asalnya “Ulos” berarti kain selimut. Nenek moyang Suku Batak adalah orang gunung. Terdorong dinginnya hawa pegunungan, tetua suku merajut lembar kain spesial sebagai kain sarung, selimut, selendang, untuk orang-orang yang disayangi.

Lambat-laun Ulos menyatu dalam budaya, tradisi, bahkan religi Batak. Ada pemaknaan di setiap motif, warna, pun cara pemakaiannyas. Ia hadir dalam upacara pernikahan, kelahiran, bahkan kematian, Ulos tak sekadar dipakai sebagai bagian dari busana. Ia bisa menjadi simbol sebuah doa untuk mendapatkan berkah, yang kadang dirapalkan dalam iringan tarian tor-tor.

Dalam budaya Batak ada tradisimangulosi, yakni proses mengalungkan kain Ulos ke pundak orang lain. Dirunut dari sejarahnya,mangulosipunya makna memberi perlindungan dari segala gangguan. Tradisimangulosidilakukan orang yang dituakan kepada kerabat yang memilikipartuturan, kedudukan yang lebih rendah seecara adat, seperti orang tua pada anak. Dalam upacara pernikahan Batak, ada tradisimangulosidaritulang(Paman) kepada kedua pengantin, hal yang menunjukkan kekhasan relasi dalam keluarga Batak.

Setiap jenis Ulos punya kegunaan masing-masing. Ulosbolean suntingdipakai sebagai selendang pada acara kematian. Ulosragi hotangbiasa menjadi kado pengantin, dan ulosragi hutingyang digunakan gadis Batak dengan cara dililitkan di dada, atau dikalungkan di leher oleh para orang tua yang sedang dalam perjalanan.

Dalam perkembangannya, bentuk dan fungsi ulos juga makin beragam. Setiap sub-suku Batak memiliki pandangan yang tidak sepenuhnya sama tentang ulos. Maka, ulos berkembang dalam bentuk, ukuran, dan motif yang lebih kaya. Ulos juga telah lama menjadi produk budaya yang punya nilai ekonomi.Toh, persamaan yang masih kental dalam hal ulos adalah teknik tenun tangannya yang relatif tak berubah

Produksi ulos pada dasarnya tak berbeda dengan tenun biasa. Yang membedakan adalah mutu bahan baku, disain dan pengerjaannya. Untuk mendapatkan los bermutu tinggi, perlu penanganan saksama mulai dari proses membuat benang hingga menjadi kain.

Pembuatan benang:

Teknik pemintalan kapas menjadi benang sudah ratusan tahun dikenal oleh orang Batak. Pekerjaan itu disebutmamipisdengan alat yang dinamaiSorha.Sebelumnya kapas perlu diurai supaya mengembang dan memudahkan memintal benang menjadi berukuran seragam. Dulu, seorang memintal dan seorang memutar sorha. Dengan mengadopsi teknik tenun Jepang, yang diperkenalkan oleh serdadu Nippon di masa pendudukan, Sorha dibuat lebih mekanistik sehingga pemintalan bisa dikerjakan oleh satu orang saja.

Setelah benang siap, tahap berikutnya ialah gatip, yakni proses penguntaian benang dalam pembuatan rangkaian grafis untuk membentuk motif pada kain. Untaian ini disebut Humpalan. Satuan penggunaan benang disebutsang humpal, dua humpaldan seterusnya. Tahap ini sebelum pewarnaan pada benang. Khusus benang putih gulungannya dipegang oleh gagang yang terbuat dari serai atau daun serai.

Pewarnaan:

Benang hasil pemintalan berwarna putih. Untuk Ulos yang autentik, pewarnaannya dengan zat pewarna alami yang terbuat dari dedaunan. Bahan pewarna ini disebut “Itom”. Pewarna merah disebut Manubar, sedangkan pewarna hitam disebut Mansop. Kini, teknik pewarnaan Ulos sering menggunakan pewarna kimia.

Pada awalnya warna ulos hanya sebatas merah, hitam, dan warna-warna gelap lainnya. Ulos kini hadir warna-warni. Pewarnaan sintesis mempersingkat pembuatan Ulos yang dulu dalam hitungan bulan kini cukup seminggu dengan tenun tangan.

Untuk membuat mutu Ulos lebih prima, benang yang telah diwarnai perlu digosok lipatan ijuk. Proses ini disebut unggas. Sebelumnya, benang yang sudah kering dari proses pewarnaan dilumuri dengan adonan nasi, baru kemudian digosok. Selain memberikan benang yang lebih kenyal, proses ini membuat warna benang lebih terang setelah dijemur.

Ani dan Sirat

Benang yang sudah selesai diunggas kemudian diuntai dan digulung berbentuk bola. Proses ini disebutmangani.Alat yang dibutuhkan adalah Anian, berupa sepotong balok kayu yang di atasnya ditancapkan tongkat pendek sesuai ukuran ulos yang dikehendaki. Kepiawaian dalam proses ini akan menentukan keindahan ulos. Perlu perhitungan khusus dalam menyesuaikan ukuran, jumlah untaian benang, serta komposisi warna untuk mendapatkan bentuk terbaik.

Setelah segala perhitungan selesai, maka benang ditenun menjadi ulos. Juru tenunnya disebut tonum. Selesai? Belum. Perlu satu tahap lagi: finishing. Perlu ada pemasangan sirat, hiasan pengikat ulos yang biasanya bermotif gorga, motif khas Batak yang sering pula diitemukan dalam ukiran Batak.

Nafas Kehidupan Bapak

Hingga saat ini, produksi Ulos masih kuat di Tanah Batak. Di Kabupaten Tapanuli Utara, misalnya, tidak kurang dari 3.000 orang bekerja sebagai pengrajinya. Setidaknya, orang Batak memerlukannya sebagai pusaka adat. Sebagian produk budaya, ulos juga dikenal luas. Pelancong seperti tidak punya bukti yang sah pernah mendatangi ke Danau Toba bila memiliki barang koleksi sepotong ulos, yang menempel di souvenir berupa dompet, tas, T-shirt atau blus. Sebagian disainer, menyisipkan potongan ulos sebagai aksen etnik pada gaun, blus, bahkan jeans.

Sebagai barang seni, Ulos tergolong produk yang banyak dikoleksi. Kolektornya banyak. Harganya bisa berjuta-juta. Pasarnya pun sampai ke berbagai galeri-galeri seni di berbagai negara. Jadi, mengapa tak terus lanjutmemipis,manunggas, danmangulos untuk menebar kehangatan di antara sesama.

Maka, ulos Ibu Negara tidak cukup diviralkan, pesan kehangatannya dalam relasi sosial sesekali perlu menjaditrending topic. (indonesia.go.id)

Previous Post

Polisi akan gelar razia besar-besaran di Medan pada akhir Oktober 2019

Next Post

Ke Sumatera Utara Wajib Mencoba Pizza Andaliman Nih

Next Post
Ke Sumatera Utara Wajib Mencoba Pizza Andaliman Nih

Ke Sumatera Utara Wajib Mencoba Pizza Andaliman Nih

Please login to join discussion

Dukung Pengembangan BatakPedia

Detail Informasi Donasi

atau donasi langsung dari paypal :

Menjadi Penulis

Ingin berkontribusi menjadi penulis di BatakPedia?
Silahkan segera Daftar atau Login

Ikatlah ilmu pengetahuan dan bagikan dengan cara menuliskannya

Ensiklopedia Budaya Batak

Batakpedia menyajikan berita, budaya, musik, pariwisata, politik, ekonomi, tokoh,dan ragam lainnya yang bersumber dari berbagai situs dan narasumber resmi

Menjadi Penulis

batakpedia.org membuka kesempatan kepada siapapun dengan latar belakang apapun untuk bergabung menjadi kontributor.

Bagi yang ingin bergabung menulis, kirimkan contoh artikelnya ke email bonpascamp@gmail.com

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi halaman berikut ini.

Telusuri Berdasarkan Kategori

  • Angkola Sipirok Mandailing
  • Berita
  • Budaya
  • Buku Ende
  • Buku Nyanyian
  • Humor
  • Karo
  • Musik & Lagu
  • Opini
  • Pakpak Dairi
  • Pariwisata
  • Pengembangan
  • Sejarah
  • Simalungun
  • Toba
  • Tokoh
  • Umum
  • Situs Ofisial
  • Kamus
  • Pedoman Media Siber
  • Menjadi Penulis
  • Tentang
  • Donasi
  • Advertising
  • Hubungi Kami

Ensiklopedia Budaya Batak. ©2009 Sunardo Panjaitan . All rights reserved Official site | Wiki | Forum | Sourceforge | Twitter| Facebook

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Berita
  • Umum
  • Musik & Lagu
    • Daftar Lagu Buku Ende
    • Daftar Lagu Buku Nyanyian
  • Pariwisata
  • Etnis Batak
    • Angkola Sipirok Mandailing
    • Karo
    • Pakpak Dairi
    • Simalungun
    • Toba
  • Sejarah
  • Humor
  • Download Area
  • Donasi

Ensiklopedia Budaya Batak. ©2009 Sunardo Panjaitan . All rights reserved Official site | Wiki | Forum | Sourceforge | Twitter| Facebook

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In