Batakpedia.org-Masjid Raya Sultan Basyaruddin disebut juga Masjid Raya Rantau Panjang terletak di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, memiliki warna khas kuning dengan perpaduan cat hijau. Masjid ini merupakan masjid peninggalan kerajaan serdang tahun 1845 M yang istananya pada dahulunya hanya berjarak sekitar 60 meter dari halaman masjid.
Arsitektur
Bangunan ini didirikan dengan perpaduan antara gaya arsitektur Eropa dan Melayu. Konstruksi dindingnya berupa bata dan beton yang bergaya masif khas Eropa, sedangkan atapnya terbuat dari seng bergaya tumpang tiga, yang merupakan gaya khas dari masjid-masjid tradisional di Indonesia.
Bangunan
Bangunan ini berdenah persegi panjang, berukuran 20 x 20 meter dan memiliki serambi keliling selebar 3 meter di setiap sisinya, serta ditopang oleh 36 buah tiang berbentuk bulat. Sebagian merupakan tiang semu yang bersatu dengan dinding, serta 4 buah tiang yang berada di bagian dalam berfungsi sebagai sokoguru dan berbentuk segienam.
Sedangkan di sekeliling serambi dibatasi oleh tembok rendah yang juga berfungsi sebagai pagar. Di setiap sisi serambi terdapat pintu keluar yang dilengkapi dengan anak tangga serta pembatas tangga yang terbuat dari semen berbentuk melengkung.
Serambi
Pintu berjumlah 5 buah tersebut dilengkapi dengan penutup dari besi. Bagian depan bangunan ini menghadap ke arah timur, yang saat ini posisinya membelakangi jalan aspal Rantau Panjang. Pada dinding sisi barat (bagian belakang) bangunan ini terdapat bagian yang menjorok ke luar dengan denah berbentuk busur, yang merupakan mihrab. Dan di dinding luar tonjolan mihrab tersebut terdapat pertulisan yang berbunyi :
Sultan Basyaruddin
Pada tahun 1854 M, Tuanku Basyaruddin Syaiful Alamsyah (Sultan Serdang ke IV/Wazir Sultan Aceh) pindah dari istana Kampung Besar dan mendirikan istana Darul Arif di Rantau Panjang serta mendirikan mesjid raya ini. Ketika Belanda menyerang Kerajaan Serdang 1 – 6 Oktober 1865 mesjid raya ini menjadi markas perlawanan Serdang. Pernah menjadi wakil nazir berturut-turut: Datuk Samah, Haji Karimuddin, kemudian Haji Adlan Syam. Kenaziran mesjid ini dipegang oleh Dewan Nazir Wakaf Sultan Serdang.
Saat ini lantai masjid telah dilapisi dengan keramik berwarna putih. Pada setiap pintu dan jendela, di bagian atasnya dilengkapi dengan lubang angin berbentuk busur dan berornamen bunga bergaya Melayu.
Dan bagian plafon di dalam ruangan masjid telah mengalami banyak kerusakan. Ruangan tertutup di sudut barat daya merupakan perluasan, dan saat ini ruangan tersebut berfungsi sebagai tempat rapat dan penyimpanan keperluan untuk pengajian. Secara keseluruhan masjid ini dicat dengan warna kombinasi antara kuning muda dan hijau muda di bagian luar, sedangkan ruangan dalam didominasi oleh warna putih.
Mihrab dan Mimbar
Di depan mihrab (di ruangan shalat) terdapat sebuah mimbar kayu berukir yang berdiri di atas dudukan semen yang berlapis keramik putih.
Makam
Halaman belakang masjid digunakan sebagai lokasi pemakaman. Dan dilihat dari bahan yang digunakan untuk membangun makam-makam tersebut, tampaknya terdapat cukup banyak makam yang berumur cukup tua, salah satunya adalah makam nazir masjid yang pertama, yaitu Datuk Samah.
Pemugaran
Masjid ini telah beberapa kali mengalami renovasi. Renovasi terakhir dilakukan pada tahun 2010 – 2011, yaitu melapisi lantai yang semula berupa lantai semen dengan keramik berwarna putih.(gpswisataindonesia)