BatakPedia.org- Gorga adalah kesenian ukir atau pahat Batak Toba yang umumnya digunakan untuk menghiasi rumah-rumah adat dan alat kesenian seperti gendang, serunai, atau kecapi. Motif Gorga sangat banyak dan masing-masing memiliki makna tertentu.
Seiring perkembangan jaman, motif Gorga yang dahulu hanya dipahatkan pada kayu, dipakai pula sebagai motif kain dan ulos. Yang terbaru, pola-pola indah tersebut kini diterapkan juga pada batik.
Adalah Ayu Purhadi, pemilik rumah batik Paras Ayu yang mencoba menerapkan motif-motif Gorga pada batik rancangannya. Batik-batik tersebut dibuat dengan teknik tulis menggunakan lilin batik atau malam.
“Ada banyak sekali motif Gorga yang indah dan sarat makna. Namun tidak semua boleh dipakai begitu saja. Ada beberapa motif yang sakral atau dikeramatkan sehingga tidak bisa dipakai untuk pakaian,” ujar Ayu yang juga perancang busana.

“Dari sekian banyak motif Gorga, kami sudah mendapatkan 74 motif yang bisa dikembangkan menjadi batik,” lanjut Ayu dalam acara bertajuk “The Glimpse of Indonesian Heritage” itu. Dan seperti warna-warna asli yang digunakan dalam Gorga, Ayu juga menggunakan tiga warna dominan yaitu merah, hitam, dan putih. “Merah adalah lambang keberanian dan kekuatan, hitam bisa melambangkan kegelapan atau kesedihan, sedangkan putih kesucian,” papar Ayu yang membuat karya-karyanya di Yogyakarta.
Paduan tiga warna dalam motif Gorga itu menghasilkan batik yang elegan dan terkesan sakral.
Adapun batik rancangan Paras Ayu ini tidak diperuntukkan sebagai kain atau sarung, namun dibuat agar bisa dijahit menjadi pakaian. “Karenanya kita bisa dengan mudah mempertemukan motif-motif itu agar tidak berantakan,” kata Ayu.
Dalam beberapa desainnya yang diperagakan pada Hari Batik Nasional ini, Ayu juga memadukan motif Gorga dengan motif parang yang umumnya ditemui pada batik Jogja dan Solo. “Ini menggambarkan perpaduan antara Jawa dan Batak,” ujarnya.
Lewat batik Gorga, kekayaan batik di tanah air semakin bertambah. Selain itu, kekayaan budaya Batak bisa lebih dikenal tidak saja lewat pahatan atau kain ulos, namun juga melalui batik.

Adapun Hotel Santika Premiere Bintaro menggelar acara rutin Batik Fashion Lunch di Kembang Sepatoe Restaurant sebagai dukungan terhadap batik Indonesia.
“Kecintaan terhadap warisan budaya Indonesia, kami buktikan dengan rutin menggelar acara Batik Fashion Lunch, yang menjadi ajang unjuk karya para penggiat dan pengrajin Batik, khususnya UKM serta perancang kreatif, sehingga menjadi wadah mempertemukan dengan para pencinta Batik”, ujar Ariestra, General Manager Hotel Santika Premiere Bintaro. (kompas)