Batakpedia.org-Sekitar 39 ribu ekor babi dari populasi 1.229.741 ekor tercatat mati di provinsi Sumater Utara (sumut), hal ini diakibatkan oleh virus African Swine Fever (ASF) yang sudah mewabah mulai pada bulan September 2019 yang lalu.
Menyikapi hal tersebut, saat ini Pemerintah Provinsi Sumut sedang mempertimbangkan tindakan apa yang akan dilakukan untuk menangani wabah ASF tersebut.
Azhar Harahap selaku Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut mengatakan bahwa tindakan yang saat ini tengah dipertimbangkan oleh pemprov sumut, yakni mempertimbangkan memberikan hewan ternak lain kepada peternak babi yang terdampak ASF. Hewan ternak yang diberikan seperti sapi, kambing, ayam bahkan ikan, dana bantuan ini berasal dari APBN/APBD Provinsi dan Daerah.
“Kita dengan pusat sudah mempertimbangkan memberikan bantuan hewan ternak lain kepada peternak babi yang terdampak virus ASF, apakah itu nanti kambing, sapi, kerbau, ayam atau mungkin ikan. Dananya sendiri sesuai dengan surat edaran Menteri Pertanian dari APBN dan APBD Provinsi dan kabupaten/kota. Kita tidak bisa memberikan babi lagi sampai Sumut bersih dari ASF,” kata Azhar.
Lebih lanjut Azhar menjelaskan bahwa Pemprov Sumut juga akan mengeluarkan SKKH untuk babi-babi yang dipastikan tidak terinfeksi ASF agar usaha peternakan babi tetap berjalan. Menurut Azhar, dengan berhentinya lalu-lintas babi di Sumut mempengaruhi perekonomian masyarakat karena tidak sedikit masyarakat yang berpenghasilan dari ternak babi.
“Kita juga akan menerbitkan SKKH untuk babi-babi yang dipastikan tidak terinfeksi ASF. Pak Gubernur merasa iba kepada masyarakat yang banyak menggantungkan hidupnya dari ternak babi dan nyatanya masih sangat banyak babi yang tidak terjangkit virus ASF di sini,” kata Azhar.
Selain itu, Pemprov Sumut juga sudah menyiapkan tempat untuk restock bibit babi yaitu Nias. Nias dipilih karena sampai sekarang Nias masih steril dari virus ASF. Pemprov Sumut juga saat ini sedang memperketat pengawasan di Nias agar daerah ini tidak terjangkit ASF.
“Kita juga sudah memikirkan restock babi di Sumut, kita pilih Nias karena daerah ini belum terinfeksi ASF. Nias juga sudah terbukti tempat yang tepat untuk pengembangbiakan babi karena hampir setengah populasi babi ada di sana. Jadi, sekarang kita ketat mengawasi Nias, jangan sampai daerah ini terjangkit virus ASF,” tegas Azhar. (hitabatak)