Batakpedia.org – Malaysia dinilai melakukan pelanggaran etika jika mengklaim Tor Tor dan Gordang Sambilan dari Mandailing, Sumatera Utara, sebagai budaya mereka.
Pernyataan itu disampaikan oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wiendu Nuryanti, menanggapi rencana Malaysia memasukkan dua budaya asli indonesia itu ke dalam akta warisan budaya Malaysia.
“Di dalam pengusulan ini, apakah betul mencantumkan asal usul dari tari tersebut, Tor Tor dan Gondang Sembilan, adalah dari Mandailing, Sumatera Utara, Indonesia. Karena di satu sisi, kita juga tidak menutup manakala ada masyarakat Indonesia yang mengembangkan kebudayaan di luar Indonesia,” tutur Wiendu Nuryanti.
Dan menurut pakar budaya Batak, Eduard Manik, Tor Tor jelas merupakan budaya Batak yang sudah hidup dan berkembang selama berabad-abad.
“Sejak abad ke-13 orang Batak sudah punya tarian Tor Tor. Pada saat masyarakat Batak datang dari Hindia Belanda, mereka sudah membawa budayanya, antara lain Tor Tor dan kemudian lagu. Jadi Tor Tor itu bukan lahir pada saat sekarang.”
Kemdikbud sendiri kini sedang menyiapkan Komite Penetapan Warisan Budaya Nasional yang akan mencatat budaya di seluruh nusantara. Langkah ini juga dilakukan untuk mencegah dan mengklarifikasi klaim-klaim budaya Indonesia yang dilakukan oleh negara tetangga.
Apa komentar Anda, apakah langkah ini tidak terlambat? Ketika negara lain sudah mencoba menetapkan sebuah budaya menjadi warisan, Indonesia masih sedang dalam tahap pencatatan.
Apakah menurut Anda, Indonesia baru ‘terbangun’ soal pencatatan budaya sebagai tanggapan atas Malaysia?
Jika tidak ada klaim dari Malaysia -seperti dalam soal lagu Rasa Sayang yang diklaim Malaysia- apakah Indonesia punya inisiatif untuk mendaftarkannya?
Atau Anda mungkin berpendapat budaya tradisional tidak perlu dicatat secara resmi namun lebih penting dipertahankan kelestariannya.
Ragam pendapat
“Seharusnya semua kebudayaan Indonesia didaftarkan agar menjadi hak paten bangsa kita dan tak selalu diklaim Malaysia terus,” Muhammad Gavin Gazarino, Komunitas BBC Indonesia di Facebook.
“Menurut saya kita sudah sangat terlambat namun demikian pencatatan budaya kita belum terlambat. Sebenarnya Malaysia sudah tahu kalau Tor Tor itu milik suku Batak hanya saja selama ini mereka tahu kelemahan pemerintah kita, ditambah lagi presiden yang telat dalam mengambil sikap. Tunggu didemo dulu baru ada reaksi,” Pasta Manihuruk, Jakarta.
“Sekedar mengingatkan kita kalau yang ada pada kita, warisan nenek kita amat berharga tapi kita jangan lupa menjaga. Lihat saja anak-anak muda kita lagi parah-parahnya mabuk Korea,” Arif Albain, Komunitas BBC Indonesia di Facebook.
“Kita sudah kesekian kalinya Malaysia mengklaim budaya, barulah pemerintah mulai sadar dan memulai pendataan dan pencatatan, jadi untuk apa dan apa pekerjaan Dinas Pariwisata dan Departemen Kebudayaan selama ini. Janganlah kita hanya vokal dan marah saja setiap kali Malaysia mengklaim warisan budaya kita, sementara pemerintah seolah baru tanggap ketika sudah kesekian kalinya terjadi.” Wiwin Siagian, Jakarta.
“Seharusnya kita bangga ada negara lain mengapresiasi begitu tinggi kebudayaan kita dan kita juga harus akui bahwa masyarakat keturunan Mandailing di Malaysia juga merupakan orang Mandailing asli juga yang sah bermukim di Malaysia, seperti etnis Tionghoa di Indonesia dan kesenian Barongsai juga diakui jadi tidak perlu dipermasalahkan. Mereka ingat warisan leluhurnya. Pemerintah lebih sibuk dengan survei-survei yang tidak mewakili kepentingan rakyat. Ramai kasus korupsi dan tidak pernah mikir warisan budaya NKRI sendiri.” AG Paulus, Purwokerto.
Inilah kelemahan bangsa ini, yang tidak pernah membanggakan dan menghargai budaya. Budaya kita lebih indah dan bagus dari budaya asing yang kita kagumi saat ini.
“Memang Malaysia tidak punya malu karena sudah berkali-kali mengklaim budaya bangsa Indonesia.” Slamet Suito, Komunitas BBC Indonesia di Facebook.
“Kita harus lebih mencintai budaya asli Indonesia. Saat ini banyak generasi muda yang malu akan budaya lokal dan enggan melestarikannya, akhirnya negara lain yang mengakuinya. Sebelum ada Malaysia yang lain, ayo sama-sama kita lestarikan budaya kita!.” Tia Tyara Mutiara, Komunitas BBC Indonesia di Facebook.
“Sudah sering Malaysia menghina bangsa kita. Apakah Pak Presiden kita kurang tegas? Saya yakin kalau rakyat Indonesia tercinta disuruh perang lawan Malaysia pasti mau. Rakyat Indonesia siap tempur demi harga diri NKRI tercinta.” Sugiyanto Yubi, Tangerang.
“Kalau mereka mau budaya kita atau disamain, harusnya Malaysia bergabung saja dengan NKRI.” Ignasius Triwahyudi, Komunitas BBC Indonesia di Facebook.
“Malaysia terdiri daru suku Melayu, India, Tionghoa dan tentunya membawa budaya dari daerah asalnya, apalagi ditambah TKI. Di negara asalnya seperti Indonesia perhatian terhadap seniman amat kurang dan kehidupan seniman amat memprihatinkan.Malaysia jeli melalui budaya mandatangkan devisa negaranya dengan datangnya wisatawan asing, melebihi pendapatan dari sektor industri. Jadi mereka akan membajak seniman Indonesia dengan gaji tinggi dengan fasilitas mewah serta menjadi warga negaranya.” Wahjoe, Nganjuk.
“Yang salah ya kita sendiri. Indonesia kaya sekali budayanya tetapi semua tidak ada gunanya. Karena apa? Budaya leluhur sendiri sering dinilai syirik.” Happy Vahyu Suharyanto, Komunitas BBC Indonesia di Facebook.
“Lebih penting mikirin gimana caranya korupsi.” Wahyu, Jakarta.
“Sangat penting sekali untuk mendaftarkan dan mencatat seluruh budaya nusantara agar diakui di dunia internasional dan agar tidak diklaim oleh negara lain. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali agar tidak terjadi klaim budaya oleh negara tetangga. Tetap semangat Indonesia-ku,” Ivha, Klaten.
“Inilah kelemahan bangsa ini, yang tidak pernah membanggakan dan menghargai budaya. Budaya kita lebih indah dan bagus dari budaya asing yang kita kagumi saat ini.” Linggo Petrucy, Komunitas BBC Indonesia di Facebook. [BBC]