Bangsa Batak terkenal sebagai dengan budaya “makan orang” hingga disebut “Batak Berekor.” Hal ini membuat Batak yang terkenal memiliki kepribadian kuat dan keras ini ditakuti dimana-mana. Lantas, bagaimana menurut Anda? Setuju dengan sebutan ini?
Bukan tanpa alasan bagi orang Batak tempo dulu untuk memakan manusia. Dan alasan itu bukan pula alasan yang sekedar iseng, atau karena kelaparan. Bukan pula demi mendapatkan ilmu hitam. Sebagaimana yang Gobatak kutip dari buku History of Sumatera karya William Marsden, satu-satunya alasan bagi mereka mempraktekkan kanibalisme adalah hokum yang berlaku di tengah masyarakat. Orang Batak memakan daging mereka yang telah berbuat kriminalisme di tengah-tengah masyarakat Batak. Seperti yang Gobatak kutip dari Sejarah dan Misteri Dunia, kanibalisme ini hanya akan berlangsung untuk menghukum seseorang telah melakukan kejahatan seperti mencuri, yang melakukan zinah, penjahat dan pengkhianat.
Batak terkenal dengan kegarangan, keberanian bahkan seseorkebengisan. Sifat-sifat ini telah pula mendarah daging sejak zaman dahulu. Kala itu, siapapun yang yang telah melakukan kesalahan besar yang mengusik ketenangan kampong, maka akan dihadapkan pada kanibalisme yang tanpa pandang bulu. Bahkan penghulu kampong pun, apabila melakaukan kesalahan, harus pula menerima saat-saat dimana tubuhnya disayat, ditancap tombak, lalu direbus.
Prosesi “makan daging orang” ini berbeda dari apa yang kita barangkali bayangkan. Sekelompok orang yang dengan mata memerah, pandangan bringas dan penuh dendam, mengerubuti seorang yang tak mampu melawan, mencabik-cabik tubuh orang malang tersebut, dan memakan mentah. Sama sekali tidak demikian. Bahkan, dalam buku tersebut, ndikatakan bahwa mereka membutuhkan waktu 3 hari untuk merampungkan prosesi ini. Barangkali kedengaran sangat keji, ketika calon korban diikatkan pada sebuah pohon, lalu dipenggal sekaligus. Darah korban kemudian diambil dan diawetkan sebagai minuman, sering pula dijadikan sebagai semacam pudding bagi nasi. Dalam proses memakan, ada pula aturan yang harus ditaati, seluruh bagian tubuh dibagi-bagi. Dimakan bersama cabe, garam, air asam, dan nasi. Daging korban diproses dengan direbus atau dipanggang. Uniknya, tidak ada dendam yang berlaku dalam hal ini. Pihak korban wajib menyerahkan lemon alias jeruk nipis, garam, dan cabe merah sebagai simbol bahwasanya pihak keluarga mengerti dan mematuhi hukum dan tidak akan ada dendam.
Sementara sejak zaman dulu, memang wanita tidak siperbolehkan memakan manusia. Kaum wanita tetap tidak diperbolehkan ikut serta makan dalam jamuan makan publik. Tak seorang pun yang bisa mengingkari hal ini. Sekalipun ada pihak yang berkata bahwasanya orang Batak hanya ingin menakut-nakuti calon penjajah, tetap saja hal ini tidak bisa dilupakan begitu saja. Apapun yang ada di balik tirai sejarah masa lalu Batak, haruskah kita malu mengakui bahwasanya nenek moyang kita dulu menjalankan kanibalisme di tengah kehidupannya? Saat ini, tentu saja budaya kanibalisme ini sudah menghilang seiring waktu. terlebih sejak agama masuk ke tanah Batak. Dan ya, bagi kaum wanita Batak, tak perlu takut, kaum wanita Batak tidak pernah kok, ikut ambil bagian dalam proses itu.
Sumber : http://www.gobatak.com/segelintir-tanya-di-balik-habatahon-3-batak-makan-orang/